Pada umumnya, kekhawatiran orang awam yang ingin membeli mobil bekas adalah mereka kurang paham soal mesin mobil. Saat membeli mobil bekas di showroom, banyak orang juga hanya mementingkan penampilan luar yang rapi dan mengkilat, padahal kondisi mesin adalah salah satu hal terpenting yang perlu diperhatikan saat membeli mobil bekas.
Lalu bagaimana cara mengetahui kondisi mesin mobil bekas? Ikuti 8 cara mengecek mesin mobil bekas berikut dari kami:
#1: Ruang Mesin
Buka kap mesin dan periksa di sekeliling ruang mesin apakah terdapat cat yang terlihat relatif baru dibandingkan dengan yang lain, di situ nanti akan terlihat apabila ruang mesin pernah di cat. Ruang mesin yang pernah di cat merupakan indikasi bahwa mesin pernah diturunkan. Sebab nya bisa berbagai macam, seperti karena bekas tabrakan atau karena mobil tersebut bekas kena banjir dan sebagainnya.
#2: Kondisi Mesin
Pastikan tidak ada kebocoran oli atau bahan bakar, dan juga perhatikan kondisi fisik mesin. Mobil yang terawat ialah mobil yang bebas dari kebocoran pada mesin ataupun selang-selang.
Contoh Kebocoran Mesin
Cara mengetahuinya cukup mudah, amati satu per satu bagian mesin mobil dan pastikan tidak ada rembesan oli atau cairan lainnya. Perhatikan pula baut dan mur yang ada. Bila ada baut baru atau baut yang bagian ujungnya cacat, tanyakan ke pedagang atau pemilik yang menjualnya. Biasanya pedagang yang nakal akan berupaya menutupi kerusakan ini dengan cara mencuci mesin mobil supaya tidak terlihat kalau ada oli yang rembes.
#3: Starter Mobil
Pastikan suara mesin mobil masih halus dan konstan saat mesin stasioner atau saat dihidupkan tanpa hentakan gas dan peranti audio dan AC di-nonaktifkan.
Mobil yang sehat atau terawat saat distarter dari keadaan dingin langsung konstan menyala dan tidak tersendat-sendat. Jika tersendat, kemungkinan aki mobil bermasalah atau mobil tersebut jarang diservis secara berkala sehingga ada kotoran yang menyumbat kinerja mesin
#4: Indikator & SpeedoMeter
Saat menghidupkan mesin, perhatikan setiap lampu indikator apakah ada yang menyala. Banyak lampu indikator kondisi mesin pada dashboard seperti oli dan temperatur, pastikan tidak ada yang menyala. Coba gas secara perlahan, lalu lepas dan perhatikan turun nya jarum RPM. Pastikan jarum RPM stabil turun naik. Jika tidak stabil, berarti mesin mobil tersebut bermasalah.
Baca Juga: 4 Kelebihan Menggunakan Jasa Inspeksi Mobil Bekas
#5: Suara Mesin
Perhatikan suara mesin saat pertama kali mesin dihidupkan dari keadaan mesin dingin. Dengarkan apakah ada suara yang tidak wajar keluar dari mesin. Contoh suara yang dapat dikategorikan tidak wajar seperti: suara gesekan plat besi, suara ketukan dari dalam mesin saat digas.
#6: Getaran Pada Mesin
Buka kap mesin, perhatikan apakah ada getaran yang tidak wajar atau tidak seirama. Apabila iya, mesin bisa dikatakan dalam keadaan “pincang”, yang bisa terjadi karena masalah pada engine mounting atau juga sistem kelistrikan yang tersendat.
#7: Gas Buang (Knalpot)
Cermati ujung knalpot, perhatikan gas buang mobil apa ada yang tidak wajar keluar dari knalpot. Tanda-tanda atau bekas hasil pembakaran di mesin yang ada di ujung knalpot memberikan petunjuk yang cukup akurat tentang kondisi mobil tersebut. Contoh:
Asap knalpot berwarna hitam – Indikasi pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.
Asap knalpot berwarna putih – Indikasi terdapat campuran oli di dalam ruang pembakaran mesin.
Tetesan air pada knalpot merupakan hal yang wajar dan merupakan tanda mesin mobil masih bagus.
#8: Test Drive
Disarankan jangan terburu-buru saat melakukan test drive, banyak masalah terjadi ketika mesin mobil sudah panas dan digunakan untuk perjalanan agak lama. Pada saat test drive hal yang harus diperhatikan antara lain adalah performa mesin, kenyamanan perpindahan transmisi dan performa rem.
Baca Juga: 6 Langkah Melakukan Test Drive Mobil
Pemeriksaan Menyeluruh Sebelum Membeli Mobil
Selain memeriksa dan memastikan kondisi mesin, Anda juga perlu memastikan bagian mobil lainnya seperti body, interior dan kaki-kaki. Anda tentunya tidak mau membeli mobil yang mesin nya bagus, tapi ketika hujan, air rembes lewat jendela karena kaca pernah diganti akibat mobil bekas tabrakan.
Untuk memastikan kondisi mobil secara menyeluruh, OtoSpector menyediakan jasa inspeksi mobil bekas yang mencakup semua komponen mobil. Sehingga Anda tidak perlu repot dan bisa mendapatkan mobil yang benar-benar berkualitas.
Demikian tips dari kami semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan Anda dalam mengecek kondisi mesin mobil bekas.
Itu berarti sistem OBD atau onboard diagnostic system pada kendaraan telah mendeteksi adanya masalah yang dapat meningkatkan emisi gas buang. Saat hal ini terjadi, sistem OBD II akan menyimpan satu atau lebih kode kerusakan DTC (Diagnostic Trouble Code) terkait dengan kerusakan yang dideteksi. Untuk mebaca kode DTC tersebut diperlukan sebuah scantool atau code reader yang dihubungkan ke diagnostic connector 16 pin yang umumnya berada dibawah dashboard dekat dengan steering column. Alat scantool tersebut akan menampilkan kode DTC yang menjadi penyebab lampu cek engine menyala.
Agar dapat membaca kode DTC dengan akurat diperlukan sebuah scantool yang mumpuni. Pada kendaraan dibawah tahun 1996 dibutuhkan scantool OBD I yang dilegkapi dengan adapter yang sesuai dengan diagnostic connector pada mobil, bentuk diagnostic connector pada mobil produksi dibawah tahun 1996 berbeda-beda pada tiap mobil. Pada mobil produksi tahun 1996 keatas, bentuk diagnostic connector dibuat seragam namun software dan hardware yang dibutuhkan untuk membaca kode DTC bervariasi tergantung merk, model dan tahun perakitan mobil.
Bagaimana Cara Membaca Kode DTC
1. Cari lokasi diagnostic connector 16 pin OBD II (umumnya berada dibawah dashboard disekitar steering column)
Catatan: Pada beberapa mobil diagnostic connector tersebut tertutup panel atau cover. Sedangkan pada moyang lain terletak di konsol tengah atau ditempat lainnya. Carilah informasi pada buku pedoman pemilik untuk mengetahui lokasi yang tepat.
Diagnostic Connector 16 Pin Standard OBD II
2. Hubungkan scantool atau code reader ke diagnostic connector
3. Putar kunci kontak ON, namun jangan starter mesin. hal ini sangat penting agar scantool dapat berkomunikasi dengan komputer mobil.
4. Tergantung scantool yang digunakan, tekan tombol READ CODE atau pilih menu READ CODE .
Catatan: Beberapa scantool tidak dapat secara otomatis mendeteksi Merk, type dan tahun perakitan mobil. Anda perlu memasukkan informasi-informasi tersebut secara manual sebelum scantool dapat membaca kode DTC.
5. Scantool akan menampilkan kode DTC dalam bentuk urutan angka.
CATAT KODE DTC. Hal ini sangat penting untuk rujukan kemudian. Jika scantool hanya menampilkan kode DTC tanpa penjelasannya Anda dapat mencari informasinya pada internet.
6. Hapus kode DTC dengan menekan tombol CLEAR CODE atau memilih menu erase code pada menu scantool.
7. PENTING : Kode DTC TIDAK memberitahu komponen apa yang harus diganti, namun hanya menginformasikan adanya gangguan pada sirkuit sensor atau sistem kendaraan. Dibutuhkan analisa lebih lanjut untuk mendiagnosa komponen apa yang harus diganti untuk memperbaiki kerusakan yang muncul tersebut.
8. Menghapus kode DTC bukan berarti masalah telah hilang. Jika masalah belum diperbaiki, cepat atau lambat lampu cek engine akan kembal menyala dan kode DTC muncul kembali.
Scantool Untuk Membaca dan Menghapus Kode DTC
Cara Membaca Kode DTC Dan Reset Lampu Cek Engine Toyota Secara Manual
Lampu Cek Engine
Lampu MIL atau Malfunction Indicator Lamp atau sering disebut dengan lampu cek engine didesain untuk menyala saat terjadi kerusakan pada sistem kontrol mesin yang dapat mempenagruhi emisi gas buang mobil. Tergantung pada konfigurasi sistem yang digunakan dan sifat gangguan yang timbul , lampu MIL dapat menyala kemudian mati, lampu terus menyala atau lampu berkedip. Beberapa kerusakan intermittent atau kerusakan yang terjadi kadang-kadang akan membuat lamp cek engine menyala saat terjadi masalah saja. Saat masalahnya hilang lampu cek engine akan mati sendiri. Jenis problem atau kerusakan yang alain dapat mebuat lampu cek engine menyala terus saat mesin hidup, dan akan terus sepertu itu sampai kerusakan yang terjadi diperbaiki.
Berbagai tampilan lampu cek engine yang sering digunakan pada mobil
Lampu cek engine yang menyala terbukti sering membuat pengendara merasa bingung karena tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab masalahnya. Masalahnya bisa saja sesuatu yang serius atau hanya sepele saja. Tidak ada cara lain untuk mengetahui penyebab masalah tersebut selain menghubungkan scantool ke diagnostic connector untuk mencari tahu penyebab lampu cek engine menyala.
Jika mesin tampak normal saja dan tidak ada lampu indikator lainnya yang menyala, mungkin mobil masih aman untuk dikendarai. Namun usahakan sesegera mungkin untuk memeriksakan kendaraan ke bengkel untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi. Pada negara yang mengharuskan pengujian emisi gas buang secara berkala , maka mobil dengan lampu cek engine menyala dan menyimpan kode DTC pada memori ECUnya tidak akan lulus uji emisi tersebut.
Menghilangkan Kode DTC
Pada sistem OBD II yang pertama, kode DTC dapat dihapus dengan melepaskan kabel baterai atau kabel suplai kontrol modul selama beberapa saat. Hilangnya tegangan listrik akan menghapus memori sementara kontrol modul yang mengakibatkan lampu cek engine akan mati. Namun jika masalah tersebut muncul lagi maka kode DTC kembali tersimpan di dalam memory ECU dan lampu cek engine menyala kembali.
Pada sistem kontrol yang terbaru, kode DTC disimpan di dalam "nonvolatile" memory yang tidak akan terhapus walaupun kabel baterai dilepaskan. Kode DTC akan tetap tersimpan samapai dihapus menggunakan scantool . Terlebih lagi, mencabut kabel baterai atau power suplai control modul dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan seperti terhapusnya setingan pada komponen elektronik seperti radio dan system climate control. Begitu pila dengan "learned' memory yaitu memori yang menyimpan penyesuaian yang dilakukan terus menerus sesuai dengan perubahan keausan komponen mesin dan gaya mengemudi akan terhapus. Pada beberapa mobil dimana ECU juga digunakan untuk mengatur transmisi elektronik, komputer harus di "learning" kembali menggunakan prosedur khusus agar transmisi dapat kembali bekerja dengan normal setelah kehilangan power suplai.
Bagaimana Sistem OBD III Mengatur Kode DTC
Sebelum sistem OBD II, deteksi kerusakan pada umumnya terbatas hanya pada kerusakan utama di dalam suatu sisrkuit sistem atau sensor. Generasi pertama tidak dapat mendeteksi misfire pada mesin, bagaiman fungsi dari catalytic converter atau apakah ada kebocoran bahan bakar mobil ke udara terbuka. Sistem OBD II mengalami perubahan dengan menambahkan kemampuan mendeteksi hal-hal diatas sehingga masalah emisi gas buang dapat dideteksi saat terjadi.
OBD II tetap menggunakan lampu cek engine untuk memberikan peringatan pada pengemudi saat terjadi kerusakan, dan akan tetap menyimpan kode DTC sesuai dengan kerusakan yang terjadinamun ada penambahan sebuah kemampuan yang unik unttuk menelusuri problem saat itu terjadi dan merekam snapshot apa yang terjadi saat masalah muncul.
Pada sistem OBD II lampu cek engine akan menyala jika terjadi masalah pada sistem emisi gas buang yang dapat meningkatkan emisi hydrocarbon sampai 1.5 kali dari batas yang ditentukan walaupun tidak muncul gangguan yang dapat dirasakan pada jalannya mesin.
Fitur OBD II yang cukup powerfull (sekaligus sedikit kontroversial) adalah kemampuannya mendeteksi terjadinya misfire pada mesin. Sistem OBD II generasi pertama tidak dapat melakukan hal tersebut secara langsung sehingga tidak ada cara untuk mengetahui apakah mesin bekerja dengan baik atau tidak. Startegi mendeteksi misfire OBD pada setiap mobil bervariasi, tetapi sebagian besar memanfaatkan input dari crankshaft sensor untuk memonitor perubahan kecepatan putaran crankshaft. Sebuah gejala misfire yang timbul akan menyebabkan sedikit variasi pada putaran crakshaft. Dengan mengetahui posisi dari crankshaft dan sislinder mana yang seharusnya melakukan pembakaran, sistem OBD II dapat menentukan setiap silinder yang mengalami misfire. Misfire akan dipantau dan dihitung, dan jika terjadi secara terus menerus maka OBD II akan memunculkan kode DTC misfire dan menyalakan lampu cek engine.
Menganalisa Kode DTC
Contoh Kode DTC "generik" Standard OBD II
Misfire yang terjadi pada sebuah silinder akan memunculkan kode DTC P030X, dimana "X" menunjukkan silinder yang mengalami misfire. Sebagai contoh kode DTC P0302 berarti terjadi misfire pada silinder nomor 2. Namun ada poin penting yang harus diingat: Kode DTC tidak akan memberitahu kenapa terjadi misfire pada silinder mesin. Teknisi harus mencari tahu sendiri penyebab terjadinya misfire dengan melakukan serangkain pemeriksaan. Misfire dapat disebabkan oleh beberpa hal seperti: busi kotor, kabel busi rusak, ignition coil rusak, fuel injector tersumbat atau rusak atau tekanan kompresi yang rendah akibat kebocoran ekshaust valve, kebocoran gasket cylinder head atau cam lobe aus.
Pada beberapa kendaraan, sistem OBD II akan menonkatifkan silinder yang terdeteteksi mengalami misfire dengan frekuensi yang cukup tinggi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi catalytic converter. Dengan menonaktifkan fuel injector silinder mesin yang bermasalah sistem OBD II akan mencegah bahan bakar yang tidak terbakar di dalam silinder masuk ke dalam saluran ekshaust. Bahan bakar yang masuk ke dalam saluran ekshaust merupakan hal yang sangat buruk karena dapat membuat catalytic converter overheat dan akan merusak catalytic jika temperaturnya terlalu panas.
Apalagi keunggulan dari sistem OBD II..?
Sistem OBD II juga dapat memonitor kerja dari catalytic converter dengan menggunakan oksigen sensor kedua yang dipasang pada salauran ekshaust setelah catalytic converter. Dengan membandingkan pembacaan oksigen sensor yang dipasang sebelum dan sesudah catalytic converter sistem OBD II dapat menetukan apakah catalytic cocnverter berfungsi dengan baik. Jika efiseinsi dari catalytic converter turun sampai batas tertentu sistem OBD II akan memunculkan kode DTC dan menyalakan lampu cek engine.
Sistem OBD II juga dapat mendeteksi terjadinya kebocoran uap bensin (evaporative emission) pada charcoal canister, evap plumbing atau pada fuel tank dengan menekan dan menarik vakum pada sistem bahan bakar. Sistem ini bahkan dapat mendeteksi tutup tangki yang kendor atau tidak terpasang.
Sebagai tambahan, OBD II juga dapat menghasilkan kode DTC untuk berbagai masalah pada electronic transmission dan bahkan kerusakan sistem AC seperti kerusakan kompresor AC.
Berbagai Jenis Kode DTC
Ada ketentuan yang mengharuskan kode DTC pada sistem OBD II bersifat "generik", artinya semua pabrikan diharuskan menggunakan daftar kode DTC yang sama dan menggunakan diagnostic connector 16 pin yang sama pula. Dengan demikian kode DTC misfire seperti P0301 pada Ford mempunyai arti yang sam juga pada Chevrolet, Toyota atau Mercedes Benz. Namun setiap pabrikan juga diberikan kebebasan untuk menambahkan kode DTC "tambahan" untuk memberikan informasi yang lebih rinci mengenai sebuah kerusakan. Kode DTC tambahan juga dapat mencakup kerusakan yang tidak berhubungan dengan sistem emisi dan terjadi diluar sistem kontrol mesin. Ini termasuk kode DTC sistem ABS, kode DTC sistem AC, kode DTC airbag dan kode DTC sistem kelistrikan body lainnya.
Kode DTC "generic" yang umum digunakan pada semua pabrikan dapat diakses dengan menggunakan scantool umum yang cocok dengan OBD II. Scantool terdahulu yang didesain untuk sistem OBD I tidak dapat digunakan untuk membaca kode DTC pada sistem OBD II kecuali sudah diupdate dengan software yang terbaru. Namun demikian banyak dari scantool OBD I tersebut tidak mempunyai hardware yang sesuai untuk membaca kode DTC OBD II. Hal yang sama berlaku pula untuk scantoll OBD II yang belum disuport untuk sistem CAN. Pda sekitar tahun 2006 banyak mobil sudah menggunakan sistem komunikasi CAN atau Controller Area Network yang membutuhkan scantool dengan hardware dan software yang berbeda. Jadi pastikan menggunakan scantool yang sesuai dengan mobil saat akan membaca DTC.
Masalah lain yang mungkin ditemui pada scantool murah adalah hanya mampu membaca kode DTC P0 "generik" atau tidak dapat digunakan untuk membaca kode DTC spesifik P1 pabrikan mobil.
Hati-hati Pada Kode DTC "Palsu"
Sistem OBD II saat ini sangat sensitif terhadap gejala misfire, dimana sistem OBD II akan meunculkan kode DTC misfire jika mendeteksi sedikitnya terjadi misfire sebanyak 5 kali dalam 200 putaran mesin. Sayangnya, tingkat sensitifitas yang tinggi ini terkadang dapat menghasilkan kode DTC misfire "palsu" pada kondisi kerja mesin tertentu. Sebagai contoh, berkendara pada permukaan jalan yang sangat kasar dapat menciptakankecepatan putaran crankshaft yang bervariasi yang dapat dianggap oleh sistem monitor OBD II sebagai terjadinya misfire. Beberapa sistem OBD II terbaru akan melakukan adaptasi saat mobil beroperasi pada jalan yang sangat kasar dengan menurunkan tingkat sensitivitas misfire. Sedangakan beberapa sistem yang lain menggunakan metode pendeteksian misfire yang berbeda. Sistem ini tidak memonitor kecepatan putaran crankshaft melainkan memonitor tegangan pengapian pada setiap busi untuk mendeteksi terjadinya misfire (lean misfire biasanya akan menyebabkan terjadinya loncatan tegangan pengapian yang besar, sedangkan busi yang aus atau kotor akan menyebabkan penurunan tegangan pengapian)
Random misfire yang tidak terbatas apda salah satu silinder tertentu saja juga akan memunculkan kode DTC misfire P0300.
Kode DTC P0300 mempunyai arti bahwa sistem OBD II telah mendeteksi terjadinya beberapa gejala misfire pada beberapa silinder secara acak. Pada banyak kasus munculnya kode DTC misfire P0300 adalah karena campuran bahan bakar yang terlalu kurus karena beberapa sebab, seperti: kebocoran kevakuman pada intake manifold, atau masukany audara yang tidak terukur oleh airflow sensor ke dalam mesin. Sama halny dengan kode DTC misfire pada salah satu silinder, diperlukan analisa untuk mengetahui penyebab gangguan dan kemudian melakukan perbaikan.
Demikianlah Artikel Bagaimana Cara Membaca Kode DTC Mobil
Sekianlah artikel Bagaimana Cara Membaca Kode DTC Mobil kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Bagaimana Cara Membaca Kode DTC Mobil dengan alamat link https://bengkelmobilkpm.blogspot.com/2018/08/bagaimana-cara-membaca-kode-dtc-mobil.html
Menganalisa Wheel Speed Sensors Antilock Brake System
Saat sensor ABS atau wheel speed sensor (WSS) rusak atau ada gangguan pada sirkuit kelistrikan sensor maka biasanya akan mengakibatkan sistem ABS tidak berfungsi dan lampu indikator ABS di instrument panel akan menyala. Hilangnya sinyal putaran roda merupakan masalah yang serius karena control modul ABS membutuhkan input yang akurat dari seluruh sensor agar dapat menentukan apakah roda terkunci atau tidak. Tanpa informasi penting tersebut maka sistem ABS tidak dapat melakukan apapun saat dibutuhkan.
Sensor ABS
Wheel speed sensor menghasilkan out put berupa tegangan listrik AC (Alternating Current) dengan frekuensi dan amplitudo yang bervariasi sesuai dengan perubahan kecepatan roda. Semakin cepat putaran ban, maka frekuensi dan tegangan listrik yang dihasilkan sensor tersebut akan meningkat. Kekuatan sinyal yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh tahanan di dalam sensor, tahanan pada wiring dan konektor, kotoran atau serpihan logam yang menempel pada ujung sensor dan juga celah antara sensor dengan tonjolan gear ring yang dipasang pada axle, hub, brake rotor, drum atau CV joint.
Dibutuhkan celah yang tepat agar sensor dapat menginduksi sinyal yang kuat di dalam gulungan magnetik sensor. Celah sensor berkisar antara 0.40 mm sampai 0.13 mm tergantung aplikasinya. Jika lampu ABS menyala dan muncul kode DTC untuk wheel speed sensor dan posisi sensor ternyata bisa disetel, masalahnya bisa saja karena celah yang tidak tepat, Gunakan feeler gauge Non -magnetik untuk menyetel posisi celah sensor sesuai spsesifikasi pabrikan.
Perubahan celah dapat mengakibatkan sinyal output senssor berfluktuasi. Hal ini bisa dikarenakan kondisi bearing roda yang rusak, gigi pada ring gear patah. Bahkan kerusakan kecil saja pada ring gear yang sulit dilihat dengan mata terkadang dapat menimbulkan masalah. Ada sebuah alat test bench dengan magnetic pickup dan osiloskop untuk memeriksa ring gear pada axle shaft FWD remanufaktur. Alat ini akan mensimulasikan sinyal yang dihasilkan oleh wheel speed sensor. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan celah sensor sebesar 0,25 mm saja pada salah satu gigi dapat memperlihatkan fluktuasi output sinyal dari sensor.
Pemeriksaan Wheel Speed Sensor
Salah satu cara untuk memeriksa wheel speed sensor yang dicurigai bermasalah adalah dengan mengukur tegangan outputnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menghubungkan breakout box ke control unit ABS dan menghubungkan test lead AVO meter ke pin yang menuju wheel speed sensor.
Wheel speed sensor yang dalam keadaan baik akan menghasilkan tegangan listrik AC sekitar 50 -700 MV saat roda diputar dengan tangan dengan kecepatan satu putaran perdetik. Lihat spesifikasi pada service manual untuk mengetahui voltase spesifikasi yang tepat.
Mengukur frekuensi sinyal sensor ABS dengan AVO meter
Apabila hasil pengukuran menunjukkan pembacaan tegangan yang lebih rendah atau tidak ada pembacaan sama sekali maka selanjutnya yang harus diperiksa adalah tahanan pada sirkuit wheel speed sensor tersebut (dengan kunci kontak OFF). Hal ini dilakukan dengan menggunakan breakout box. Wheel speed sensor dan sirkuit yang bagus biasanya mempunya resistansi sebesar 800-1400 Ohm (spesifikasi sangat bervariasi pada setiap merk, lihat service manual untuk nilai yang tepat).
Jika resistance pada sirkuit sensor terlalu besar, sirkuitnya terbuka atau terjadi short circuit, ukur tahanan sensor secara langsung. Jika hasil pemnukuran pada sensor sesuai spesifikasi maka masalahya ada pada wiring atau konektor sirkuit wheel speed sensor tersebut. Jika tidak berarti sensor sudah jelek dan perlu diganti.
Pemeriksaan Menggunakan Osiloskop
Pemeriksaan output sinyal wheel speed sensor menggunakan osiloskop merupakan cara yang paling akurat untuk menganalisa performa sensor. Bentuk gelombang yang ditampilkan osiloskop dapat mengungkapkan masalah yang mungkin tidak dapat dideteksi dengan cara yang lain. Contohnya kerusakan gigi pada ring gear mungkin tidak akan memperlihatkan perubahan tegangan output sensor jika dibaca dengan menggunakan Digital AVO meter atau analog volt meter. Tapi kerusakan tersebut mungkin dapat mengubah bentuk gelombang sinyal sensor yang dapat mengganggu kerja sistem ABS dan memunculkan kode DTC.
Osiloskop dapat dihubungkan dengan menggunakan breakout box atau dapat juga secara langsung ditautkan ke wheel speed sensor. Pola gelombang yang baik pada osiloskop akan memeperlihatkan gelombang sinus tegangan listrik bolak balik (AC) yang frekuensi dan amplitudonya berubah sesuai dengan kecepatan roda. Putarkan roda lebih cepat maka frekuensi dan amplitudonya juga akan meningkat.
Jika osiloskop menampilkan pola gelombang yang datar (amplitudo mengecil) atau tidak menentu, hal tersebut merupakan indikasi sinyal yang lemah karena celah sensor dengan ring gear yang terlalu besar, atau adanya kotoran partikel logam yang menempel diujung sensor. Sinyal yang lemah juga dapat disebabkan adanya tahanan yang besar pada sensor atau sirkuit wiringnya atau konektor yang kendor dan korosi.
Jika terdapat gigi yang rusak atau patah pada ring gear, osiloskop akan menampilkan area yang datar atau ada gap pada gelombang sinus. Sedangkan jika axle atau hub ada yang bengkok maka akan terlihat pola gelombang yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan kekuatan sinyal pada setiap putaran.
Berbagai bentuk gelombang sinyal sensor ABS tipe inductive jika ada gangguan
Hal lain yang dapat dideteksi dengan menggunakan osiloskop adalah komponen yang tidak sesuai. Jika brake rotor, CV joint atau axle baru diganti dan komponen yang batru mempunyai jumlah gigi ring gear yang tidak sama dengan komponen asli maka dapat berakibat pembacaan sensor yang terlalu cepat atau terlalu lambat dibandingkan dengan sensor pada roda yang lainnya dan hal ini akan memunculkan kode DTC. Dengan membandingkan pola gelombang yang dihasilkan tiap-tiap sensor roda akan mempermudah mendeteksi masalah seperti ini.
Cara Reset Lampu ABS Toyota Secara Manual
Active Wheel Speed Sensor
Active Wheel Speed Sensor
Pada beberapa model terbaru ada yang menggunakan wheel speed sensor jenis yang berbeda. Active wheel speed sensor atau disebut juga Magnetic Resistance Element (MRE) sensor menggunakan hall effect sensor untuk menghasilkan sinyal kecepatan digital dengan pola gelombang berbentuk kotak (square wave). Sensor jenis ini dapat menghasilkan sinyal kecepatan roda yang lebih akurat pada kecepatan rendah ( 1-2 Km/jam) dibandingkan sensor magnetic wheel speed sensor. Sensor ini juga dapat memberitahu apakah putaran roda kearah maju atau mundur.
Active Wheel Speed Sensor
Dengan sensor jenis ini, body control module atau ABS module memberikan tegangan referensi sebagai power suplai sensor. Di dalam sensor terdapat sepasang pickup coil yang mendeteksi perubahan medan magnet megnetic ring yang dipasang pada bearing roda. Ring mempunyai magnet permanen dengan kutub magnet utara dan selatan. Saat roda berputar, perubahan medan megnet akan menghasilkan arus listrik yang kecil pada sensor. Komponen elektronika internal di dalam sensor akan merubah tegangan listrik menjadi output sinyal digital yang dikirimkan ke control modul. Besarnya tegangan, ampere dan frekuensi sinyal yang kembali ke control module sesuai dengan kecepatan roda putaran roda.
Menganalisa Active Wheel Speed Sensor
Beberapa sensor ini ada yang menggunakan 3 kabel, namun adapula yang hanya menggunakan 2 kabel. Pada sensor dengan 3 kabel: Satu kabel adalah power suplai, satu untuk ground dan satu lagi untuk sinyal ke control module. Pada sensor dengan 2 kabel: satu kabel untuk power suplai satu kabel lagi untuk ground. sinyal kembali ke control module menggunakan kabel power suplai. Pada Jeep dan chrysler yang menggunakan sensor dengan 2 kabel, sinyal kembali berupa square wave signal 7 - 14 milliamp. Sinyal ini dapat dilihat dengan memutar roda secara perlahan sambil mengukur sinyal kembali menggunakan multimeter dengan kemampuan membaca arus listrik milliamp atau menggunakan osiloskop. Jika tidak aada sinyal berarti sensor atau wiring rusak.
Berbagai bentuk gelombagng sinyal Active wheel sensor saat ada gangguan
CATATAN: Active wheel speed sensor tidak dapat diperiksa secara akurat dengan mengukur tahanan sensor. Yang harus dilakukan adalah memastikan sinyal kembali ke control module dalam keadaan baik saat sensor menerima power suplai dari control modil roda diputar.
Kode wheel speed sensor dapat diperiksa dengan menggunakan scantool yang dapat mengakses sistem ABS. Scantool juga dapat menampilkan data display kecepatan yang dibaca setiap sensor roda saat mobil berjalan untuk mengetahui sensor mana yang tidak berfungsi. Seluruh sensor harus menampilkan pembacaan yang sama saat mobil berjalan maju. Jika pembacaan salah satu sensor berbeda dengan yang lain (lebih cepat atau lambat), berarti ada gangguan pada sirkuit sensor (bisa sensor, magnetic sensor ring atau wiring bermasalah). Sensor dapat tidak akurat membaca kecepatan roda jika magnetic ring pada bearing roda retak atau rusak.
Demikianlah Artikel Cara Memeriksa Sensor Rem ABS Mobil
Sekianlah artikel Cara Memeriksa Sensor Rem ABS Mobil kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Cara Memeriksa Sensor Rem ABS Mobil dengan alamat link https://bengkelmobilkpm.blogspot.com/2018/08/cara-memeriksa-sensor-rem-abs-mobil.html
6 Tips Membeli Mobil Bekas di Showroom Agar Tidak Salah Pilih -
6 Tips Membeli Mobil Bekas di Showroom Agar Tidak Salah Pilih
Membeli mobil bekas di showroom merupakan solusi tepat bagi orang-orang yang masih bingung menentukan pilihan kendaraan yang diinginkan. Di sana, Anda dapat menemukan berbagai jenis mobil dengan merek, tahun keluaran, hingga harga mobil yang lebih variatif.
Walau begitu, sekarang makin marak showroom yang menjual mobil bekas dengan penampakan prima namun kondisi sebenarnya sudah bobrok.
Jika tidak cermat, tentu Anda akan merugi di kemudian hari. Oleh karena itu, simak dulu 9 tips memillih mobkas di showroom berikut ini.
#1: Bekali Diri dengan Informasi
Sebelum mendatangi showroom mobil bekas untuk melihat-lihat calon mobil Anda, bekali diri Anda dengan informasi dengan melakukan riset online. Saat ini cukup banyak situs yang menyediakan berbagai ulasan mengenai mobil bekas secara lengkap.
Cari tahu jenis dan merek mobil yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Setelah menemukan merek dan model yang cocok, pastikan harga pasaran dan spesifikasinya. Jangan lupa catat informasi tersebut sehingga anda dapat langsung membandingkan saat berkonsultasi dengan pihak showroom.
#2: Jangan Tergoda Harga Murah
Saat membeli mobil bekas di showroom, tentu Anda menginginkan harga yang semurah-murahnya bukan? Ketika mendapatkan penawaran promo harga super murah, hati-hati! Jangan mudah tergoda dan langsung menyambangi showroom tersebut.
Sebaiknya cek dulu seputar kebenaran promo tersebut. Biasanya hal tersebut dilakukan sebagai iming-iming supaya calon pembeli datang ke showroom.
Selain itu, pepatah “ada harga ada barang” juga berlaku saat membeli mobil bekas. Apabila mobil ditawarkan dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran, Anda harus lebih teliti dalam memeriksa kondisinya.
#3: Tanyakan Histori Kendaraan
Setelah menemukan mobil bekas di showroom pilihan, cek latar belakang dari kendaraan tersebut. Anda bisa tanyakan ke pihak showroom misalnya alasan dijualnya mobil oleh pemiliki lama, histori kerusakan, bukti servis, dan apakah servis selalu dilakukan di bengkel resmi.
Bukti servis sangat lah penting karena mobil dengan histori servis yang rutin dan lengkap, tentunya akan mempunyai kondisi mesin yang lebih prima. Mobil yang rutin diservis juga mencerminkan kepribadian pemilik sebelumnya yang merawat mobil dengan baik.
#4: Cek Kondisi Fisik Mobil
Bertanya tentu belum cukup membuat Anda yakin dengan kondisi mobil bekas yang akan dibeli. Oleh sebab itu lakukanlah pengecekan menyeluruh pada eksterior serta interior kendaraan tersebut.
Setelah melakukan pengecekan bagian eksterior dan interior mobil, lakukan pemeriksaan kondisi mesinnya. Jangan mudah terpukau dengan penampakan mesin yang bersih dan mengkilap karena hal tersebut tidak menjamin kondisi mesin mobil sama sekali.
Langkah yang satu ini memang cukup sulit untuk dilakukan sendiri, apalagi oleh orang yang awam soal mobil. Bawa teman atau kenalan mekanik Anda, atau lebih baik lagi gunakan jasa pengecekan profesional yang biasa memeriksa mobil bekas.
Baca Juga: Cara Memeriksa Kaki-Kaki Mobil
#5: Lakukan Test Drive
Supaya lebih yakin dan sreg dengan mobil bekas pilihan dari showroom, jangan ragu untuk meminta test drive. Anda tentu lebih mudah mengidentifikasi dan merasakan kenyamanan dari mobil tersebut ketika membawanya melaju di jalan.
Ikuti langkah-langkah melakukan test drive dari kami agar tidak ada hal yang terlewat saat Anda melakukan test drive. Melakukan test drive tidak hanya memastikan performa mobil saat jalan, tetapi juga kecocokan mobil tersebut dengan Anda.
#6: Periksa Dokumen Kendaraan
Langkah selanjutnya yang tak kalah penting saat membeli mobil bekas ialah memeriksa kelengkapan dokumennya. Mintalah surat-surat penting mobil seperti BPKB dan STNK untuk Anda cek keasliannya. Setelah itu, cocokkan pula nomor mesin serta nomor mesin mobil yang tertera pada kendaraan dengan dokumen asli tersebut.
Jangan lupa juga perhatikan kapan pajak habis pada lembar pajak yang biasanya ada di balik STNK. Jika pajak sudah hampir habis, Anda bisa minta keringanan harga mobil incaran Anda.
Baca Juga: Dokumen yang Diperlukan Saat Transaksi Mobil Bekas
Gunakan Jasa Cek Mobil Bekas Profesional
Jika Anda merasa cocok dengan mobilnya, ada baiknya Anda gunakan jasa inspeksi mobil bekas seperti OtoSpector untuk memastikan kondisi mobil tersebut sebelum Anda beli.
Dengan biaya pengecekan ratusan ribu, Anda bisa mendapatkan pemeriksaan lengkap 150+ Poin Inspeksi dan menghindari kerugian membeli mobil bekas bermasalah yang bisa mengakibatkan kerugian jutaan Rupiah.
Semoga 9 tips membeli mobil bekas di showroom yang kami ulas di atas dapat membantu Anda dalam proses membeli mobil bekas dan bisa lebih yakin dalam memilih mobil Anda berikutnya!
Mobil yang menggunakan transmisi otomatis saat ini sudah sangat umum digunakan, terlebih di daerah perkotaan dimana tingkat kemacetannya sangat tinggi, transmisi otomatis memberikan kenyamanan berkendara yang jauh lebih baik dibandingkan transmisi manual, sehingga sekarang banyak orang yang beralih menggunakan transmisi otomatis.
Bagi sebagian besar pegendara mobil, mengetahui bagaimana transmisi otomatis bekerja merupakan sesuatu yang sangat misterius. Mungkin sebgaian pengemudi paham saat tuas transmisi dipindahkan ke posisi "D" maka mobil akan bergerak maju, jika tuas transmisi dipindahkan ke posisi "R" maka mobil akan bergerak mundur, atau saat akan parkir dan mematikan mesin tuas transmisi dipindahkan ke posisi "P".
Mereka mungkin juga tahu bahwa transmisi otomatis memerlukan oli khusus untuk transmisi otomatis atau ATF, namun jarang sekali ada yang rutin memeriksa jumlah oli transmisi otomatisnya atau memeriksa dipstick oli untuk memeriksa ketinggian oli, kecuali memang ada indikasi kebocoran oli.
Sehingga ketika mulai timbul gejala gangguan pada transmisi otomatis seperti kopling selip, perpindahan gigi yang kasar dan timbul bunyi yang kasar mereka akan kebingungan dan tidak memiliki gambaran apa yang kira-kira menjadi penyebab kerusakan tersebut.
Transmisi otomatis merupakan salah satu sistem komponen yang cukup rumit dan sensitif pada kendaraan, sehingga ketika terjadi kerusakan dibutuhkan tenaga ahli yang cukup berpengalaman dalam melakukan perbaikan transmisi otomatis untuk dapat melakukan diagnosa dengan benar.
Banyak hal yang dapat mengakibatkan kerusakan pada transmisi otomatis dimana harus dilakukan pemeriksaan dengan teliti untuk menentukan apakah kerusakannya disebabkan oleh oli transmisi yang kurang, kerusakan selenoid, kontroler atau valve body.
Pemeriksaan dan perbaikan transmisi otomatis merupakan pekerjaan yang sangat menyita waktu sehingga banyak bengkel yang memilih mengganti transmisi secara gelondongan dibandingkan dengan melakukan overhaul.
Volume Oli Transmisi Otomatis dan Kebocoran Oli.
Salah satu keluhan yang sering dijumpai pada transmisi otomatis adalah kebocoran oli. Kebocoran oli dapat terjadi melalui seal drive shaft, seal input shaft, gasket karter transmisi, torque converter atau ATF cooler dan pada sambungan-sambungan saluran oli.
Jika volume oli transmisi otomatis kurang dapat menimbulkan beberapa gejala seperti
Transmisi lambat terhubung saat tuas transmisi dipindahkan keposisi D atau drive,
Perpindahan gigi atau pertautan gigi terasa menjadi lambat saat melaju dengan posisi D atau Drive.
Pada kebanyakan mobil, ketinggian oli transmisi otomatis harus diperiksa saat oli sudah panas dan mesin dalam keadaan idle, posisi tuas transmisi di posisi P dan rem parkir ditarik. Jika oli kurang tambahkan sampai oli transmisi mencapai tanda FULL. Jangan mengisi oli transmisi otomatis secara berlebihan karena hal tersebut dapat menimbulkan aerasi (kemasukan udara) pada oli transmisi yang dapat menggangu kinerja trasnmisi otomatis.
Jika pengukuran oli transmisi otomatis pada dipstick menunjukan LOW, periksa dari kemungkinan adanya kebocoran oli transmisi. Lihat bagian kolong mobil apakah ada tetesan oli berwarna merah ciri khas oli transmisi otomatis. Jika tidak ada kebocoran yang terlihat, periksa air radiator apakah bercampur dengan oli transmisi otomatis. ATF cooler yang terdapat di dalam radiator mungkin saja bocor sehingga oli transmisi akan bercampur dengan air radiator.
Periksa juga kondisi dari oli transmisi otomatis. Oli transmisi akan mengalami perubahan warna dan akan sedikit lebih gelap seiring pemakaian. Namun jika oli transmisi otomatis berwarna coklat atau tercium bau gosong kemungkinan oli telah mengalami oksidasi dan perlu segera diganti.
Anda juga dapat memeriksa kondisi oli transmisi otomatis dengan "blotter test". Teteskan beberapa tetes oli transmisi otomatis pada kertas tisu. Jika tetesan oli melebar dan warnanya terlihat merah atau coklat terang berarti oli transmisi otomatis masih dalam keadaan bagus. Namun jika tetesan oli tidak melebar dan warnanya sangat gelap kemungkinan oli telah teroksidasi dan perlu diganti.
Banyak para ahli transmisi otomatis yang mengatakan bahwa masalah pada transmisi otomatis dapat dicegah dengan mengganti oli transmisi otomatis dan filternya secara berkala sebagai preventive maintenance. Berapa lama penggantian oli transmisi otomatis tergantung bagaimana mobil tersebut dikendarai sehari-hari. Pada beberapa kendaraan penggantian oli transmisi otomatis dilakukan setiap 40.000 Km atau dua tahun sekali.
Semakin berat kerja sebuah transmisi otomatis maka olinya akan lebih panas. Daya tahan pelumas akan turun drastis jika suhunya pernah mencapai 95 derajat celcius. Meggunakan ATF cooler aftermarket tambahan yang dikombinasikan dengan OEM ATF cooler sangat dianjurkan untuk kendaraan yang diguankan menarik trailer atau kerjanya cukup berat agar temperatur oli transmisi otomatis tidak terlalu panas.
ATF atau oli transmisi otomatis lama kelamaan juga akan terkontaminasi partikel-pertikel yang terlepas dari kampas kopling karena aus, bushing dan gear. Filter akan menyaring kotoran-kotoran tersebut sebelum menjadi masalah. Namun banyak transmisi produksi Asia terdahulu hanya menggunakan plastic screen atau metal screen yang tidak dapat memberikan perlindungan maksimal pada oli dari kontaminasi internal yang terjadi. Pada mobil-mobil ini penggantian oli merupakan satu-satunya jalan untuk mengeluarkan kontaminan tersebut.
Cara Mengganti Oli Transmisi Otomatis
Gunakan Oli Transmisi Otomatis Yang Sesuai Spesifikasi
Saat akan menambah atau mengganti oli transmisi otomatis, gunakanlah oli transmisi otomatis yang direkomendasikan oleh pabrikan. Pabrikan - pabrikan mobil seperti GM, Ford, Toyota, Mreceds Benz dan mobil lainnya mempunyai spesifikasi oli transmisi otomatis yang berbeda-beda.
Sebenarnya tidak tepat jika dikatakan ada oli "universal" yang cocok dengan semua jenis transmisi otomatis. Memang banyak oli transmisi otomatis universal yang memang memenuhi beberapa spesifikasi pabrikan, namun tidak ada satupun produk oli yang dapat memenuhi seluruh spesifikasi pabrikan karena friction additive yang dibutuhkan sangat bervariasi.
Ford mempunyai 3 spesifikasi oli transmisi yang berbeda, yaitu:
Type F ( non-friction modified formula untuk transmisi produksi tahun 1964 - 1981)
Mercon (mempunyai friction modified ATF yang mirip dengan Dexron II untuk transmisi produksi 1988-1997)
Mercon V (friction modified terakhir yang diperkenalkan pada tahun 1997)
General Motor telah memproduksi oli transmisi otomatis Dexron II, III dan VI. Semuanya mempunyai formula friction modified. Dexron III dapat digunakan pada transmisi otomatis GM yang lebih tua yang membutuhkan oli dengan spesifikasi Dexron II. Dexron VI mulai diperkenalkan pada tahun 2006 untuk GM Hydra-Matic 6L80 transmisi 6 percepatan penggerak roda belakang. Saat ini Dexron VI menggantikan Dexron III dan II dan dapat digunakan pada mobil produksi GM dan mobil merk lain yang sebelummya menggunakan Dexron III dan II.
Kode DTC Transmisi Otomatis
Jika lampu cek engine menyala berarti komputer mobil telah mendeteksi terjadinya kerusakan dan memunculkan kode DTC. Tidak ada cara lain untuk mengetahui apakah hal tersebut berhubungan dengan kode DTC mesin, transmisi atau body kecuali dengan menghubungkan scantool ke diagnostic connector untuk membaca kode DTC yang tersimpan pada memori control module.
Jika lampu Overdrive (OD) transmisi otomatis menyala atau berkedip, berarti sistem kontrol transmisi otomatis telah mendiagnosa adanya kerusakan internal transmisi otomatis.
Untuk dapat menganalisa masalah maka harus dengan menghubungkan scantool yang mempunyai kemampuan membaca kode DTC untuk sistem transmisi otomatis ke diagnostic connector mobil.
Scantool akan menampilkan kode DTC transmisi otomatis yang menyebabkan lampu Overdrive menyala. Apa yang harus dilakukan selanjutnya tergantung kode DTC yang muncul. Jika kode DTC tersebut mengindikasikan masalah performa komponen internal transmisi maka kemungkinan transmisi perlu dioverhaul. Namun jika kode DTC mengindikasikan kerusakan pada sistem elektrikal saja , seperti sensor dan selenoid yang rusak maka perbaikannya tidak terlalu sulit karena tidak perlu melakukan overhaul transmisi otomatis.
Kode DTC kerusakan elektrikal transmisi otomatis akan muncul saat sistem kontrol transmisi (TCM=Transmission Control Module) atau PCM mendeteksi terjadinya open circuit atau short circuit pada shift solenoid, shaft speed sensor dan komponen lainnya. Kode DTC performa transmisi otomatis akan muncul saat komputer mengirimkan perintah, seperti perpindahan gigi 2-3 namun tidak direspon dengan baik oleh transmisi.
Untuk menganalis kode DTC yang berhubungan dengan kerusakan elektrikal dapat dengan menggunakan AVO meter untuk melakukan berbagai pengukuran seperti pemeriksaan tahanan solenoid. Jika solenoid short circuit dan open circuit atau diluar spesifikasi berarti solenoid harus diganti.
Sedangkan untuk menganalisa kode DTC terkait performa transmisi otomatis membutuhkan diagnosa lebih jauh lagi, ganggua pada performa transmisi otomatis bisa juga dikarenakan adanya kerusakan pada sistem kelistrikannya, seperti kerusakan pada sensor dan solenoid.
Sistem elektronik transmisi otomatis menggunakan speed sensor untuk memonitor perpindahan gigi dan untuk mengetahui apa yang terjadi didalam transmisi otomatis.
Ketika terdeteksi hal-hal yang tidak sesuai maka akan muncul kode DTC "ratio error" untuk memberi tahu ada yang salah pada perpindahan gigi transmisi otomatis. Hal ini dapat menyebabkan transmisi otomatis masuk ke mode default atau limp-in mode, yang biasanya akan membuat semua solenoid OFF dan tarnsmisi hanya bisa berjalan dengan gigi 2 dan 3.
Satu-satunya cara untuk menganalisa kerusakan seperti ini adalah dengan mengikuti diagnostic chart sesuai dengan kode DTC yang muncul. Kode DTC ratio error seringkali disebabkan oleh kerusakan speed sensor yang ada pada input shaft dan output shaft.
Terlepas dari apapun kode DTC yang muncul, sangat disarankan sebelum melakuakn diagnosa lebih lanjut untuk memeriksa technical service bulletin atau TSB yang dikeluarkan pabrikan yang berhubungan dengan kode DTC atau keluhan pada transmisi otomatis.
Ada banyak informasi yang mungkin dapat ditemukan untuk perbaikan transmisi otomatis di dalam TSB, yang mungkin hanya membutuhkan penggantian komponen tertentu saja atau bahkan cukup hanya dengan melakukan programming transmission control module (TCM).
Beberapa transmisi otomatis pada mobil Chrysler ada yang mengeluhkan terjadinya "bump shift" atau perpindahan gigi yang menyentak. Sebenarnya tidak ada yang salah pada transmisi otomatisnya, namun hanya perlu dilakukan program pada komputernya untuk kalibrasi shift pointnya.
Beberapa masalah pada transmisi otomnatis mungkin dapat diselesaikan hanya dengan melakukan program "learning" saja. Program learning juga selalu harus dilakukan saat melakukan penggantian transmission control module.
Chrysler mengeluarkan TSB bagaimana melakukan prosedur learning secara manual tanpa menggunakan scantool saat ada keluhan menyangkut sistem kerja transmisi otomatisnya. Prosedur learning tersebut memungkinkan komputer transmisi otomatis mempelajari kembali titik -titik perpindahan gigi (shift poin) yang tepat.
Berikut prosedur learning transmisi otomatis secara manual:
Prosedur Learning Transmisi Otomatis:
Lepaskan kabel baterai untuk menghapus memori komputer
Hubungkan kembali kabel baterai dan hidupkan mesin.
Jalankan mobil sambil menjaga pembukaan thrttle valve yang konstan saat akselerasi sampai terjadi perpindahan gigi transmisi hingga gigi 4.
Jika perpindahan gigi berlangsung dengan baik maka transmisi akan masuk ke gigi 4 saat kecepatan mobil berada diantara 60-80 km/jam.
Ulangi langkah ini mulai dari posisi berhenti sebanyak 15 sampai 20 kali.
Dengan mobil berjalan pada kecepatan kurang dari 40 Km/jam, injak pedal gas secara penuh sebanyak 5-8 kali ( wide open throttle kickdown) untuk menurunkan gigi percepatan dari gigi 2 atau 3 menuju gigi 1.
Jalankan kendaraan pada gigi 2 dan 3 setidaknya selama 5 detik sebelum melakukan kickdown dan ingat kickdown hanya dilakukan saat mobil berjalan kecepatan kurang dari 40km/jam.
Dengan mobil melaju pada kecepatan 60-80 Km/jam, lakukan 5 sampai 8 kali throttle kickdown untuk memindahkan gigi percepatan dari gigi 4 ke gigi 3 atau 2. Sekali lagi teruskan mengemudi setidaknya selama 5 detik pada gigi 4 sebelum mengulangi melakukan kickdown.
Sekianlah artikel Menganalisa Kerusakan Transmisi Otomatis kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Menganalisa Kerusakan Transmisi Otomatis dengan alamat link https://bengkelmobilkpm.blogspot.com/2018/08/menganalisa-kerusakan-transmisi-otomatis.html
5 Trik Tukar Tambah Mobil Bekas Agar Anda Bisa Dapat Untung -
5 Trik Tukar Tambah Mobil Bekas Agar Anda Bisa Dapat Untung
Tukar tambah mobil bekas alias trade in, merupakan salah satu cara yang cukup lumrah dilakukan untuk bisa mendapatkan kendaraan baru. Walau sudah dikenal banyak orang, ternyata cara ini kalah populer dibandingkan pembelian mobil bekas secara langsung.
Padahal selain bisa membeli mobil baru dengan lebih murah, opsi ini cukup menguntungkan sebab Anda bisa memangkas waktu dan mempermudah proses jual beli mobil. Supaya lebih jelas dan juga bisa mendapatkan keuntungan dari proses ini, mari simak ulasan lengkapnya sebagai berikut.
#1: Alur Tukar Tambah Mobil Bekas
Penjualan mobil dengan cara tukar tambah umumnya dapat dilakukan di dealer atau showroom. Sederhananya, Anda cukup memilih dealer yang terpercaya, kemudian membawa mobil bekas untuk ditaksir harganya.
Proses penasfiran atau appraisal ini biasanya dilakukan oleh pemilik dealer tersebut. Apabila harga yang ditawarkan tidak cocok, tidak ada salahnya Anda mencoba di beberapa dealer yang berbeda agar bisa mendapatkan penawaran yang terbaik. Setelah menyetujui harga tersebut, Anda pun bisa memilih mobil baru yang diinginkan.
Langkah selanjutnya, Anda akan diminta membayarkan selisih dari nominal harga mobil baru yang telah dibayarkan dengan nilai appraisal yang sudah disetujui sebelumnya. Jumlah sisa tersebut bisa Anda lunasi langsung atau dicicil sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak.
#2: Mendapatkan Harga Taksiran Terbaik
Semua orang pasti menginginkan mendapatkan harga penawaran terbaik untuk mobil bekas yang mereka jual. Jika Anda menginginkan hal yang demikian, lakukanlah pemolesan ulang dan pengecekan pada mobil yang dimiliki.
Pemolesan yang bisa Anda lakukan misalnya membetulkan penyok dan baret serta mengecat ulang bodi mobil. Anda juga disarankan untuk melakukan proses pengecekan mesin mobil. Jika sudah tidak ada masalah, harga yang ditawarkan dijamin lebih tinggi.
Laporan kondisi kendaraan dari Otospector juga bisa Anda gunakan untuk meyakinkan dealer bahwa kondisi mobil Anda bagus karena telah dicek oleh pihak independen.
Apabila Anda mengabaikan hal tersebut, siap-siap untuk menerima tawaran yang menyayat hati. Wajar saja, sebab pihak dealer tukar tambah mobil bekas tersebut harus menanggung biaya perbaikannya bukan?
#3: Deal or No Deal
Masalah yang kerap terjadi pada proses tukar tambah mobil bekas dengan yang baru adalah deal soal harga taksiran yang dikeluarkan dealer. Hal ini juga menjadi salah satu faktor mengapa transaksi trade in tidak terlalu dilirik orang.
Di belakang harga taksiran mobil yang rendah, tentu ada faktor-faktor yang memengaruhinya. Misalnya kondisi mobil, mesin, dan juga harga pasaran terkini. Oleh karena itu sebaiknya sebelum Anda menawarkan mobil bekas untuk ditaksir, ketahui dulu berapa sih harga pasarannya.
Walau begitu, Anda dan pihak dealer pun dapat melakukan negosiasi agar bisa mendapatkan harga tengah yang cocok untuk kedua belah pihak.
#4: Tukar Tambah Mobil Lama dengan Bekas
Transaksi tukar tambah biasanya dilakukan orang agar bisa mendapatkan mobil baru dari pabrikan. Namun ada pula orang yang menjual mobil lamanya lalu menukar dengan kendaraan bekas yang diidamkan. Lazimnya ini terjadi karena sang penjual menginginkan mobil mewah yang harga barunya cukup mahal.
Baca juga: Anda Harus Paham 3 Poin Ini Dulu Sebelum Membeli Mobil Mewah Bekas
Agar Anda lebih yakin dalam memilih mobil bekas tersebut, gunakanlah jasa pengecekan mobil bekas independen seperti Otospector. Staf mekanik ahli yang kami miliki akan memeriksa mobil bekas idaman Anda dengan menyeluruh dan memberikan laporannya secara singkat. Mudah bukan?
#5: Manfaatkan Penawaran ATPM
Selain showroom lepas, Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) mobil pun kini telah merambah bisnis jual beli mobil bekas serta tukar tambah. Jika Anda berniat untuk melakukan trade in mobil dengan merek yang sama, manfaatkanlah promosi yang mereka berikan.
ATPM punya alasan tersendiri terjun ke bidang ini, salah satunya ialah untuk mengontrol harga mobil bekas mereka di pasaran. Agar hal ini dapat mereka capai, ATPM pun tak ragu untuk memberikan berbagai penawaran menarik bagi pembeli mobil bekas atau tukar tambah mobil.
Biasanya ATPM akan menawarkan harga taksiran mobil bekas yang lebih tinggi yaitu sekitar 5% dari pasaran. Proses tukar tambah mobil pun kerap dipermudah jika seluruh persyaratan tukar tambah dapat Anda penuhi. Jangan lupa untuk selalu melakukan test drive sebelum proses pembelian.
Demikian tips tukar tambah mobil bekas dari kami, semoga dapat berguna dan mempermudah proses jual beli mobil Anda berikutnya.
Pas untuk Mudik, 5 Mobil Ini Layak Anda Jadikan Pilihan -
Pas untuk Mudik, 5 Mobil Ini Layak Anda Jadikan Pilihan
Setiap tahunnya, orang yang mudik dengan mobil pribadi kian bertambah. Alasannya, mungkin karena kehabisan tiket pesawat atau kereta, bisa juga karena ingin lebih hemat. Memang, opsi mudik dengan mobil bisa membuat kantong lebih aman dan nyaman, apalagi jika memboyong banyak sanak saudara.
Agar tetap nyaman sepanjang jalan, Anda sebaiknya memilih mobil dengan kabin besar. Selain itu, agar tetap irit, pastikan bahwa kendaraan tersebut tidak boros bahan bakar. Beberapa jenis mobil di bawah ini cocok dijadikan untuk pulang kampung nanti. Simak ulasan OtoSpector di bawah ini.
#1: Suzuki Ertiga
Suzuki Ertiga merupakan low multi purpose vehicle (LMPV) yang cocok untuk Anda bawa mudik ke kampung halaman dengan nyaman. Lebar dari mobil ini cukup besar yaitu 1,69 meter sehingga penumpang di baris belakang tidak akan merasa sempit.
Setidaknya Ertiga dapat menampung enam hingga tujuh orang penumpang. Kelebihan Ertiga dan mobil jenis MPV lainnya, bagian belakang mobil yang ditujukan untuk penumpang dapat diubah sebagai bagasi. Selain itu, penampakan Suzuki Ertiga kelihatannya memang manis, namun performanya cukup garang karena memiliki kapasitas mesin 1400 cc.
Membawa banyak orang pun jadi tidak masalah. Sementara itu, mobil ini dapat memuat 45 liter bahan bakar. Anda pun tidak perlu sering mampir pom bensin saat mudik nanti. Selain bensin, Ertiga pun memiliki jenis mobil dengan bahan bakar diesel. Bahan bakarnya lebih murah, tenaganya pun lebih besar.
Baca Juga: Lebih Baik Membeli Mobil Manual atau Matic?
#2: Mitsubishi Pajero Sport
Di samping MPV, mobil dengan jenis sport utility vehicle (SUV) pun cocok dijadikan kendaraan menuju kampung halaman. Mobil SUV terkenal tangguh dan gagah, apalagi untuk menyusuri medan jalanan jelek dan berliku. Bagian interiornya pun luas dan nyaman untuk diduduki berlama-lama.
Salah satu SUV yang banyak diincar ialah Mitsubishi Pajero Sport. Seluruh kategori yang telah disebutkan di atas pun dimiliki oleh kendaran ini. Walau dikendarai pada jalanan berlubang, Anda akan tetap nyaman berkat suspensi double independent wishbone dengan coil spring plus stabilizer yang dimilikinya.
Bahan bakar yang digunakan mobil ini umumnya adalah bensin. Memang sedikit boros dibandingkan mobil lainnya namun sepadan dengan kenyamanan yang diberikan. Anda beserta lima kerabat di kursi penumpang bisa mudik dengan tenang menggunakan mobil ini.
#3: Toyota Avanza
Tergolong sebagai mobil berkualitas baik namun harganya murah, popularitas Toyota Avanza pun tak kunjung padam dimakan waktu. Mobil yang dinobatkan sebagai “kendaraan sejuta umat” ini nyaman dikendarai serta memiliki dimensi yang besar. Pas jika Anda memilihnya sebagai mobil untuk mudik nanti.
Selain Toyota Avanza, opsi lain yang hampir mirip namun dengan memiliki kapasitas mesin lebih baik ialah Toyota Avanza Veloz. Jika Avanza memiliki kapasitas mesin 1300 cc, Veloz sedikit lebih besar yaitu sekitar 1330 cc. Lebih bertenaga, namun bahan bakarnya pun tetap hemat.
Keduanya kurang lebih memiliki dimensi panjang, lebar, dan tinggi yang sama. Daya tampung sopir dan penumpang pun kurang lebih dapat memuat tujuh hingga delapan orang. Mobil ini pun dilengkapi dengan suspensi baik pada bagian depan dan belakang hingga perjalan lebih terasa nyaman.
Baca Juga: Tips Memilih Mobil Bekas Berkualitas
#4: Honda Mobilio
Honda memiliki beberapa jenis mobil LMPV yang berkualitas. Apabila Anda menginginkan sebuah mobil keluaran baru dengan performa yang baik dari merek satu ini, Mobilio adalah salah satu yang pas. Walau kelihatan kecil dari luar, mobil ini dapat mengangkut hingga delapan orang di dalamnya.
Bagian interior yang modern dan futuristik serta nyaman jadi andalan mobil yang satu ini. Setir mobil ini dapat disesuaikan karena dirancang dengan konsep tilt steering. Interior kabin Mobilio pun dilengkapi dengan jok empuk serta dapat dilipat pada baris ketiga.
Honda mengklaim, Mobilio yang berbahan bakar bensin ini paling irit di kelasnya. Kira-kira, per liternya dapat menempuh jarak hingga 27 kilometer. Jadi, Anda tidak perlu khawatir harus mengeluarkan banyak untuk mengisi bahan bakar mobil ini.
#5: Nissan Grand Livina
Nissan Grand Livina memiliki bodi yang hampir mirip dengan Suzuki Ertiga. Jenis mobil keluarga LMVP ini pun sama-sama nyaman apabila digunakan sebagai kendaraan pulang kampung. Kabinnya dapat memuat hingga tujuh orang, bagian belakangnya pun masih sedikit bersisa sebagai tempat barang.
Di pasaran, mobil dengan panjang sekitar 4,5 meter dan lebar mencapai 1,69 meter ini harganya berkisar pada Rp200 juta-an. Harga yang sepadan untuk mobil bermesin mutakhir serta eksterior menawan bukan. Kapasitas mesin Grand Livina sendiri ialah 1.5 L dengan silinder 16 valve lengkap dengan teknologi DOHC.
Jangan khawatir akan guncangan, sebab Grand Livina dilengkapi dengan suspense depn double pivot poros yang mampu menyuguhkan kenyamanan orang di dalamnya. Transmisi mobil ini pun semakin mutakhir karena dilengkapi teknolog terbaru yaitu Xtronic CVT.
Cukup banyak bukan mobil-mobil yang bisa Anda pilih untuk mudik nanti? Apabila Anda berniat untuk membeli salah satu mobil di atas untuk pulang kampung, pastikan untuk mengecek kelayakan kondisi serta surat-suratnya sebelum Anda beli. OtoSpector dapat membantu Anda dengan proses pelayanan yang cepat dan simpel, agar Anda bisa kembali ke kampung halaman dengan nyaman.