Blog otomotif terpercaya serta panduan bengkel yang praktis dan mudah

Interference Engine Dengan Timing Belt

=================================================================
Interference Engine Dengan Timing Belt
Interference Engine Dengan Timing Belt - Hallo sahabat Bengkel Karya Prima Motor, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Interference Engine Dengan Timing Belt, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Diagnosa dan Perbaikan mobil, Artikel Perbaikan Mesin, Artikel Timing belt dan timing chain, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Interference Engine Dengan Timing Belt
link : Interference Engine Dengan Timing Belt

Baca juga


Interference Engine Dengan Timing Belt

Timing belt putus merupakan hal yang buruk karena dapat mengakibatkan mesin mogok secara mendadak, terlebih lagi bila hal tersebut terjadi pada mesin "interference engine" yaitu mesin yang tidak ada celah antara valve dan piston ketika timing belt putus.

Interference Engine Dengan Timing Belt
Piston membentur valve pada interference engine


Jika timing belt putus pada mesin interference engine dapat mengakibatkan terbenturnya valve dengan piston. Benturan tersebut dapat membuat valve bengkok (biasanya intake valve) dan dapat merusak piston. Kerusakan ini membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk perbaikannya.

Interference Engine Dengan Timing Belt
Non interference  VS Interference engine


Usia pakai timing belt tergantung beberapa faktor, diantaranya:

  • Material yang digunakan oleh timing belt
  • Kecepatan mesin
  • Jarak tempuh mobil
  • Temperatur ruang mesin dan
  • Debu atau kontaminasi pada timing belt



Pada mesin yang masih menggunakan mekanisme katup OHC (over head cam) interval penggantian timing belt direkomendasikan  untuk  dilakukan setiap 100.000 Km.

Sejak tahun 1995 banyak timing belt yang dibuat dengan material karet EPDM yang interval penggantiannya bisa lebih lama. Interval poenggantian timing belt yang terbuat dari bahan EPDM berkisar antara 150.000 Km.



Rekomendasi Interval Penggantian Timing Belt

Jika rekomendasi interval penggantian timing belt disebutkan 100.000 Km bukan berarti timing belt akan rusak atau putus pada kilometer 100.001.

Timing belt mungkin masih dapat bertahan beberapa ribu kilometer lagi, namun saat timing belt putus secara mendadak maka dapat mengakibatkan kerusakan yang parah pada mesin, khusunya mesin interference.

Oleh karena itu rekomendasi interval penggantian timing belt ditetapkan sebagai langkah pencegahn agar tidak terjadi putusnya timing belt secara mendadak.


Waktu penggantian timing belt yang sesuai untuk setiap mobil biasanya tertulis pada buku pedoman pemilik kendaraan.


Interference Engine Dengan Timing Belt
Timing belt kit


Dibawah ini terdapat daftar mesin interference engine yang memerlukan perhatian khusus menyangkut interval penggantian timing beltnya:


Daftar Interference Engine Yang Menggunakan Timing Belt

Catatan:
Daftar ini tidak mencakup semua mobil.
Jika mesin mobil Anda termasuk di dalam daftar di bawah ini berarti mesin mobil Anda adalah mesin interference engine dengan timing belt.

ACURA

1986-89 1.6L Integra
1991-95 1.7L Integra
1990-95 1.8L Integra
1986-89 2.5L Legend
1992-94 2.5L Vigor
1986-89 2.7L Legend
1990 2.7L Legend
1991-95 3.0L NSX
1991-95 3.2L Legend
1996-98 2.2L CL
1998-? 2.3L CL
1998-? 2.0L V6 CL
1998-? 3.5L V6 RL


AUDI

1970-93 All Except 1970-77
1970-73 1.8L 1.9L
1992-98 2.8L V6 90 100 Quattro A4 A6


BMW

1987-95 2.5L 325I 525I
1994-95 4.0L 740I


CHRYSLER

1993-95 1.5L Colt
1987-88 1.5L Colt
1992-95 1.5L Eagle Summit
1987-88 1.6L Colt
1989-92 1.6L Eagle Summit
1994-98 2.0L Neon Stratus
1990-95 2.0L Eagle Talon
1995-97 2.4L Cirrus
1995-98 2.5L V6 Cirrus
1995-98 2.0L & 2.5L V6 Sebring &  Avenger
1998 3.2L V6 Concorde dan Intrepid


DAIHATSU

1988-92 1.0L Charade
1988-92 1.3L Charade
1990-92 1.6L Rocky


FIAT

1974-79 1.3L 128 Series
1979-82 1.5L Stranda
1974-78 1.6L 124 Series
1974-78 1.8L 124 Series
1974-78 1.8L 131 Series, Brava
1979-82 2.0L Brava, Spider


FORD

1981-85 1.6L Escort, EXP
1981-83 1.6L LN7, Lynx
1984-85 2.0L Escort, Tempo
1993-95 2.0L Probe
1986-88 2.0L Ranger
1984-87 2.0L Lynx, Topaz Diesel
1985 2.2L Ranger
1989-92 2.2L Probe
1986-88 2.3L Ranger
1986-87 2.3L Diesel Ranger
1991-98 4.6L Crown Victoria
1993-98 2.0L Probe


GM

1986-95 1.0L Geo Metro
1989-91 1.0L Firefly (CANADA)
1985-88 1.5L Sunburst (CANADA)
1985-89 1.5L Spectrum
1990-93 1.6L Prizm, Storm
1981-84 1.8L Diesel (CANADA)
1982-86 1.8L Buick Skyhawk
1990-98 1.9L Saturn
1987-88 2.0L Buick Skyhawk
1988-95 2.3L Quad Four
1985-87 3.0L Buick
1979-95 3.8L Buick
1996-98 3.4L V6 Lumina & Monte Carlo


HONDA

1986-87 1.0L Prelude
1973-78 1.2L All
1973-78 1.3L All
1980-84 1.3L All
1973-78 1.5L All
1985-89 1.5L Civic
1988-95 1.5L Civic, CRX
1993-95 1.5L Civic Del Sol
1979-84 1.5L All
1985-87 1.5L CRX
1993-97 1.6L Civic Del Sol
1973-78 1.6L All
1980-82 1.6L All
1988-98 1.6L Civic, CRX
1984-87 1.8L Prelude, Accord
1979-83 1.8L All
1986-91 2.0L Prelude
1990-91 2.1L Prelude
1990-95 2.2L Prelude, Accord
1992-98 2.2L Prelude
1986-88 2.0L Accord
1990-96 2.2L Accord
1998 2.3L Accord
1998 3.0L V6 Accord


HYUNDAI

1984-95 1.5L Excel Scoupe
1995-98 1.5L Accent
1992-95 1.6L Elantra
1993-98 1.8L Elantra
1992-98 2.0L Sonata
1989-91 2.4L Sonata
1990-98 3.0L Sonata

INFINITI

1990-92 3.0L M30

ISUZU

1987-89 1.5L I-Mark
1990-93 1.6L Stylus Impulse
1987-89 2.0L Impulse
1981-87 2.2L Diesel Truck
1986-95 2.3L Truck Troope
1988-95 2.6L Truck Rodeo Amigo
1991-96 3.2L Trooper Rodeo Amigo

Jeep

2.1L Diesel Interference
2.4L DOHC Interference
2.8L Diesel Interference

KIA

1995 2.0L Sportage
1.5L DOHC Interference
1.6L DOHC Interference
1.8L DOHC Interference
2.0L DOHC Interference
2.4L DOHC Interference
2.5L DOHC Interference
2.7L DOHC Interference
3.5L DOHC Interference

Lexus

2.5L Non-Interference
3.0L V6 Non-Interference
3.3L V6 Non-Interference
3.0L Inline 6 (1992-97) Non-Interference
3.0L Inline 6 VVT-i (1998-2006) Interference
4.0L Interference
4.3L Interference
4.7L Interference

MAZDA

1984-85 2.0L 626
1988-92 2.2L 626 MX6
1989-93 2.2L Pickup
1988-97 3.0L 929 MPV
2.0L Diesel Interference
2.2L Interference
3.0L DOHC Interference
3.0L SOHC Interference

MITSUBISHI

1985-95 1.5L Mirage Precise
1990-92 1.6L Mirage
1989-98 2.0L Galant Eclipse
1983-86 2.3L Diesel Pickup
1991-97 3.0L V6 3000GT
1994-95 2.4L Galant
1993-97 3.0L V6 (DOHC) Diamante
1.5L Interference
1.6L DOHC Interference
1.6L SOHC Interference
1.8L Interference
2.0L DOHC Interference
2.0L SOHC Interference
2.3L Diesel Interference
2.4L DOHC Interference
2.4L SOHC Interference
3.0L DOHC Interference
3.0L SOHC 24 Valve Engine Interference
3.5L DOHC Interference
3.5L SOHC Interference
3.8L Interference

NISSAN

1982 1.5L Centra
1983-88 1.6L Sentra Pulsar
1987-89 1.8L Pulsar
1982-89 2.0L Stanza 300ZX
1984-98 3.0L Maxima 300ZX
1994-98 3.3L V6 Pathfinder

PORSCHE

1976-83 2.0L 924 (Note: some non-turbo engines may be non-interference)
1976-89 2.5L 944 Series
1989 2.7L 944 Series
1989-91 3.0L 944 Series
1976-83 4.5L 928
1984 4.7L 928
1985-91 5.0L 928
1992-95 5.4L 928

Subaru

DOHC Interference
SOHC Non-Interference

SUZUKI

1985-94 1.3L Samurai Sidekick
1989-94 1.3L Swift

TOYOTA

1986-95 1.5L Tercel
1981-83 2.2L Pickup
1984-87 2.4L Pickup
1982-88 2.8L Celica Cressida
1987-94 3.0L 4-Runner
1.5L (1A-C, 3A-C & 3E) Interference
1.8L Diesel Interference
1.8L DOHC Gasoline Interference
2.2L Diesel Interference
2.4L Diesel Interference
3.0L Inline 6 VVT-i (1998 2JZ-GE) Interference
3.3L 3MZ-FE V6 W/ V VTi  – Interference
4.7L Interference

VOLKSWAGEN

1976-91 All Except 1.9 2.1L Engine
1990-92 1.6L Golf (CANADA) Jetta
1990-95 2.0L GTI Jetta GLI Passat

VOLVO

1993-98 2.3L 5-cylinder C70 S70 V70 850
1993-98 2.4L 5-cylinder 850 V70
1991-93 2.3L 5-cylinder 940 (Canadian)
1986-94 2.3L 4-cylinder 240 740 760 780 940





Demikianlah Artikel Interference Engine Dengan Timing Belt

Sekianlah artikel Interference Engine Dengan Timing Belt kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Interference Engine Dengan Timing Belt dengan alamat link https://bengkelmobilkpm.blogspot.com/2018/12/interference-engine-dengan-timing-belt.html

Subscribe to receive free email updates:


[ad_2]
Sumber : Interference Engine Dengan Timing Belt =================================================================

Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis

=================================================================
Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis
Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis - Hallo sahabat Bengkel Karya Prima Motor, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Diagnosa dan Perbaikan mobil, Artikel Transmisi Otomatis, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis
link : Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis

Baca juga


Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis

Proses perpindahan gigi pada transmisi otomatis harus berlangsung secara halus saat tuas persneling dipindahkan ke posisi D atau Drive. 

Jika perpindahan gigi terasa kasar dan terasa adanya gejala selip saat proses perpindahan ke gigi yang lebih tinggi merupakan indikasi adanya masalah pada sistem kerja transmisi otomatis tersebut.

Gejala selip pada transmisi otomatis dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

  • Volume oli transmisi  otomatis kurang
  • Tekanan oli transmisi otomatis terlalu rendah
  • Kerusakan pada sistem pengontrol tekanan oli transmisi otomatis




Gejala selip pada transmisi otomatis akibat volume oli yang kurang

Gejala selip yang terasa pada transmisi otomatis karena volume oli yang kurang merupakan hal yang sangat sering terjadi. Oleh karena itu sebelum melakukan pemeriksaan dan analisa yang lebih jauh pastikan terlebih dahulu bahwa volume oli transmisi otomatis berada dalam batas yang ditentukan.

Torque converter komponen yang berfungsi meneruskan tenaga putaran mesin ke transmisi harus  selalu terisi penuh oleh oli agar dapat menghasilkan tekanan yang dibutuhkan di dalam sistem transmisi untuk mengatur pertautan gigi-gigi transmisi. 

Jika jumlah oli di dalam transmisi otomotis kurang dari seharusnya maka perpindahan gigi akan terasa  lebih lambat (delay) beberapa detik saat tuas perseneling dipindahkan ke posisi D atau R.


Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan memeriksa jumlah oli transmisi otomatis. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pengukuran volume oli transmisi otomatis harus dilakukan saat temperatur kerja sudah tercapai. 

Hidupkan mesin selama beberapa saat dan pindahkan tuas transmisi beberapa kali  keberbagai posisi (P-N-D-R)  dan kemudian biarkan kendaraan pada posisi idle dengan tuas transmisi pada posisi D,  baru lakukan pemeriksaan jumlah oli transmisi melalui dipstick oli.


Jika pengukuran oli dilakukan dalam kondisi mesin mati maka hasil pengukuran tidak akan akurat karena jumlah oli di dipstick oli akan terlihat lebih tinggi dari normal karena oli belum bersirkulasi di dalam sistem transmisi otomatis.


Jika ketinggian oli tidak berada diantara tanda ADD dan FULL, tambahkan oli transmisi yang sesuai sampai mencapai batas FULL.

Jangan  menambahkan oli transmisi sampai berlebihan karena dapat menimbulkan kebocoran  oli transmisi otomatis  yang memicu problem pertautan gigi transmisi.



Peringatan:Pastikan menambahkan oli transmisi otomatis yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.


Penggunaan oli transmisi otomatis yang tidak sesuai dapat menimbulkan masalah pada  perpindahan dan pertautan gigi transmisi dan dapat menimbulkan kerusakan pada komponen-komponen transmisi otomatis. 

Oli transmisi yang direkomendasikan tiap pabrikan biasanya dicantumkan pada bagian atas dipstick oli. Untuk informasi yang lebih lengkap mengenai jenis oli transmisi yang direkomendasikan dapat dilihat pada service manual.





Apabila penambahan oli transmisi tidak menghilangkan gejala selip pada transmisi otomatis maka kemungkinan penyebabnya bisa diakibatkan oleh beberapa hal berikut dibawah ini:

Cara Mengganti Oli Transmisi Otomatis


Gejala transmisi selip karena tekanan oli yang rendah.

Transmisi otomatis akan berfungsi dengan normal apabila tekanan olinya sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. 
Tekanan oli yang dibutuhkan sistem transmisi otomatis disediakan oleh pom[pa oli transmisi, jadi jika da gangguan pada pompa tersebut dan terdapat sumbatan pada filter oli maka tekanan oli transmisi akan rendah.

Keausan yang terjadi pada pompa oli transmisi memerlukan pembongkaran transmisi untuk perbaikannya.

Jika rendahnya tekanan oli disebabkan oleh filter oli yang tersumbat, maka hal ini dapat diperbaiki dengan melepas karter oli transmisi dan mengganti filter oli yang terdapat didalamnya. Pastikan karter oli benar-benar bersih sebelum memasangnya kembali ke transmisi.


Jika setelah pembersihan atau penggantian filter oli tidak juga menghilangkan gejala selip tersebut, bisa jadi karena pompa oli sudah aus atau masalah pada valve body yang berfungsi untuk mengatur tekanan, pertautan dan perpindahan gigi. Hal ini memerlukan analisa yang lebih mendalam lagi.



Gejala transmisi selip karena kerusakan kontrol atau pengatur tekanan.

Tekanan oli di dalam transmisi otomatis diatur oleh pressure regulator atau pressure solenoid valve.
Prosedur pemeriksaan tekanan ini dapat dilakukan dengan menggunakan pressure gauge yang akan membaca tekanan oli pada tiap-tiap posisi gigi transmisi.

Pembacaan tekanan oli yang rendah akan memberikan petunjuk sirkuit yang mengalami gangguan. Bisa saja langkah perbaikannya hanya dengan melakukan penggantian pressure regulator valve atau control solenoid. Namun biasanya perbaikan gangguan pada transmisi otomatis membutuhkan pembongkaran secara menyeluruh.

.
Pada sistem elektronik transmisi yang terbaru, status dari berbagai control valve transmisi, solenoid dan sensor dapat ditampilkan pada scantool. Hal ini dapat dilakukan menggunakan scantool standard pabrikan atau scantool aftermarket yang berkwalitas. Scantool tersebut juga dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pada  torque converter clutch (TCC). 

Dengan scantool dapat diperlihatkan apakah clutch terhubung atau tidak dan dapat membandingkan kecepatan putaran shaft transmisi dengan putaran mesin untuk menetukan apakah terjadi gejala selip pada torque converter clutch atau transmisi. Kode DTC yang berhubungan dengan transmisi juga dapat dibaca dengan menggunakan scantool tersebut.



Opsi Perbaikan Transmisi Otomatis

Karena konstruksi transmisi otomatis yang cukup rumit dan kurang dipahami oleh rata-rata pemilik mobil membuat posisi yang lemah buat para pemilik mobil ketika mengalami gangguan pada sistem transmisi otomatis.
Beberapa bengkel biasanya akan menyarankan untuk melakukan rebuilding atau mengganti transmisi otomatis yang sudah mencapai jarak tempuh yang tinggi dibandingkan berusaha melakukan perbaikan karena berdasarkan pengalaman langkah perbaikan tersebut biasanya hanya bersifat sementara. cepat atau lambat mobil akan kembali mengalami masalah pada sistem transmisi otomatisnya.

Jika mengalami gangguan pada sistem transmisi otomatis dan berharap dengan perbaikan harga murah dengan menggunakan cairan aditif transmisi, maka hal tersebut hanya membuang-buang uang saja. Penggunaan cairan aditif mungkin dapat memperlambat kebocoran pada transmisi yang sudah tua dan dapat memberikan perlindungan terhadap keausan untuk transmisi yang masih dalam keadaan baik, namun tidak akan memperbaiki kerusakan pada transmisi yang memang memerlukan perbaikan.

JIka transmisi sudah menempuh jarak yang tinggi dan perlu diganti atau direbuild ada empat opsi yang dipilih, yaitu: membeli tranmisi baru (harganya sudah pasti mahal dan mungkin partnya tidak ready stock pada dealer resmi), membangun ulang transmisi lama atau rebuild, mengganti transmisi dengan transmisi remanufactured, atau mengganti transmisi menggunakan transmisi copotan.


Mengganti transmisi otomatis dengan transmisi memang bisa sangat menghemat biaya, namun harus dipastikan transmisi otomatis bekas tersebut sudah dites terlebih dahulu dan diberikan garansi. Garansi sebuah transmisi otomatis bekas copotan biasanya berkisar dari 30 hari sampai satu tahun.




Demikianlah Artikel Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis

Sekianlah artikel Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis dengan alamat link https://bengkelmobilkpm.blogspot.com/2018/12/memahami-gejala-selip-pada-transmisi.html

Subscribe to receive free email updates:


[ad_2]
Sumber : Memahami Gejala Selip Pada Transmisi Otomatis =================================================================

Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis

=================================================================
Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis
Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis - Hallo sahabat Bengkel Karya Prima Motor, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Diagnosa dan Perbaikan mobil, Artikel Transmisi Otomatis, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis
link : Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis

Baca juga


Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis

Menguras oli transmisi otomatis adalah prosedur mengeluarkan seluruh oli transmisi dari dalam transmisi otomatis dan menggantinya dengan oli yang baru agar transmisi otomatis  lebih awet.

Transmisi otomatis merupakan salah satu komponen mobil yang cukup rumit yang apabila mengalami kerusakan membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk perbaikannya.

Oleh karena itu perawatan rutin dengan menguras oli transmisi secara berkala diharapkan dapat mencegah terjadinya kerusakan prematur pada transmisi otomatis.



Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis
Menguras Oli Transmisi Otomatis

Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Menguras Oli Transmisi Otomatis

Untuk memperpanjang usia pakai transmisi otomatis disarankan untuk melakukan pengurasan oli trasmisi secara berkala yaitu setiap 40.000 atau 80.000 Km atau  tergantung rekomendasi yang dikeluarkan oleh pabrikan mobil.


Namun untuk  mobil-mobil yang sudah mempunyai jarak tempuh sangat tinggi (diatas 150.000 Km) dan belum pernah sekalipun dikuras olinya  disarankan lebih baik tidak melakukan pengurasan oli.


Kenapa...?

Karena kandungan detergent pada oli transmisi baru dapat membuat kotoran-kotoran yang menempel di dalam transmisi otomatis yang terbentuk karena oli yang terlalu lama tidak diganti menjadi terlepas dan dapat menyumbat saluran-saluran oli  yang sangat kecil di dalam transmisi otomatis.

Sumbatan yang diakibatkan rontoknya serpihan kotoran tersebut  dikhawatirkan justru akan menimbulkan gangguan pada transmisi beberapa saat setelah melakukan pengurasan oli.


Jika mobil yang sudah terlalu lama tidak pernah dikuras lebih baik cukup tambahkan saja oli transmisi jika kurang.


Pentingnya Melakukan Pengurasan Oli Transmisi Otomatis Secara Berkala

Menurut para ahli transmisi otomatis, salah satu penyebab kerusakan transmisi otomatis yang paling sering adalah disebabkan kwalitas oli transmisi yang buruk.

Jika dibandingkan dengan oli baru, kemampuan melumasi dan melindungi komponen pada oli transmi yang sudah terlalu lama digunakan akan jauh menurun akibat oksidasi.

Segala macam kontaminasi dan pembentukan kerak pada komponen-komponen transmisi menjadi penyebab transmisi otomatis tidak berfungsi dengan baik. Oli transmisi yang kotor juga dapat menyebabkan valve-valve menjadi macet dan merusak plat-plat kopling di dalam transmisi.


Kandungan bahan gesek di dalam oli transmisi otomatis merupakan faktor penting untuk menjamin transmisi otomatis dapat bekerja dengan baik dalam waktu yang panjang.

Kandungan bahan gesek atau friction modifier adalah aditif yang ditambahkan ke dalam oli transmisi otomatis dan sangat mempengaruhi tingkat kehalusan perpindahan gigi pada transmisi otomatis.

Pabrikan mobil mempunyai spesifikasi tersendiri mengenai kandungan dan jumlah friction modifier yang digunakan pada transmisi otomatis.


Spesifikasi oli transmisi otomatis yang digunakan setiap merk mobil berbeda-beda tergantung merk dan model transmisi dan komponen mekanikal serta kanvas kopling yang digunakan.

Itulah mengapa pabrikan mobil seperti Toyota, Ford, Honda, Nissan dll mempunyai spesifikasi oli transmisi otomatis yang berbeda-beda dan beraneka ragam.


Seiring perjalanan waktu, panas dan tekanan akan merusak struktur oli transmisi. Kandungan friction modifier merupakan yang pertama hilang dari oli transmisi dan dapat menimbulkan gejala perpindahan gigi yang kasar atau menyentak.


Cara atau kebiasaan  mengemudi yang kurang baik seperti mengemudi secara agresif, menarik beban yang berat, mengemudi dengan kecepatan tinggi pada cuaca yang sangat panas dapat membuat suhu oli transmisi meningkat secara berlebihan. 

Pada umumnya oli transmisi otomatis dapat bekerja dengan baik pada temperatur 80-90 derajat celcius. Jika oli transmisi otomatis bekerja pada suhu yang lebih panas dari normal maka dapat mempercepat penurunan kwalitas oli tersebut.

Setiap peningkatan suhu kerja oli transmisi sekitar 10 derajat dapat menurunkan kwalitas oli sampai setengah kali dari seharusnya, hal itu yang mendasari pabrikan mobil merekomendasikan penggantian oli transmisi yang lebih cepat dari normal jika kendaraan sering digunakan beroperasi lebih berat dari pemakaian normal.

Kwalitas oli transmisi yang memburuk biasanya dapat diketahui dari munculnya bau terbakar dan perubahan warna oli transmisi menjadi kecoklatan.

Sebuah pengecekan sederhana dapat dilakukan untuk memeriksa kondisi oli transmisi otomatis, teteskan beberapa tetes oli dari transmisi otomatis pada selembar kertas tisu dan tunggu beberapa saat.


Jika tetesan oli tersebut terlihat menyebar dan berwarna merah atau coklat muda berarti oli masih dalam kondisi baik.


Namun jika tetesan oli tidak menyebar dan berwarna gelap kemungkinan oli telah rusak dan mengalami oksidasi sehingga perlu diganti.


Mengganti Oli Transmisi Otomatis.

 Lakukan penggantian oli transmisi secara menyeluruh dengan menggunakan alat kuras oli transmisi  otomatis  (ATF Exchanger Machine) untuk mendapatkan hasil yang maksimal.


Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis
ATF Exchanger Machine


Jika oli transmisi hanya dikuras dari karter oli, pabrikan mobil masih mengijinkan sekitar 1/2 atau 2/3 oli lama masih ada di dalam transmisi.

ATF exchange machine sangat mudah digunakan dan proses pengerjaannya relatif singkat, hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit.

Hampir pada semua merk mobil saat melakukan pengurasan oli transmisi otomatis mesin harus dihidupkan dan posisi persneling pada posisi P. Namun pada mobil Mitsubishi dan Chrysler atau Hyundai yang menggunakan transmisi Mitsubishi, oli transmisi otomatis tidak akan mengalir ke TF cooler jika persneling pada posisi P, persneling harus berada pada posisi N.

Beberapa ATF Exchange Machine mengizinkan penggunaan produk pembersih untuk membersihkan kerak-kerak dan kotoran dari dalam transmisi.

Jika mesin dilengkapi dengan pressure gauge, maka dapat digunakan untuk memeriksa atau mendeteksi hambatan pada aliran oli di dalam saluran transmisi (filter, saluran oli dan ATF cooler).

Pembacaan nilai tekanan yang normal berkisar antara 8 - 10 psi, pembacaan di bawah 8 psi mengindikasikan terjadinya sumbatan di dalam saluran oli transmisi.

Selalu gunakan oli transmisi yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Lihat petunjuk pada buku pedoman pemilik atau service manual atau pada label yang terdapat pada dipstick oli transmisi otomatis.

Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis
Label  spesifikasi ATF yang terdapat pada dipstick oli transmisi otomatis. 


Penggunaan oli transmisi yang tidak sesuai dengan rekomendasi pabrikan dapat menimbulkan masalah pada sistem transmisi otomatis.

Filter oli transmisi otomatis biasanya baru diganti ketika sudah menempuh jarak 100.000 - 150.000 Km dan oli transmisinya diganti setiap 50.000 Km. Transmisi otomatis mobil produksi Asia bahkan ada yang tidak menggunakan filter oli transmisi, hanya menggunkan screen yang mencegah kotoran tersedot masuk kedalam transmisi.

Filter oli transmisi otomatis relatif lebih kasar jika dibandingkan dengan filter oli mesin. Filter oli transmisi mempunyai ukuran 60 sampai 125 mikron, sedangkan filter oli mesin berukuran 20 sampai 25 mikron.

Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis
Filter oli transmisi otomatis


Alasan mengapa filter oli transmisi otomatis lebih kasar adalah agar oli transmisi dapat tetap mengalir saat temperatur oli transmisi dingin walaupun partikel seukuran rambut manusia saja (sekitar 30 mikron)  sudah bisa membuat valve transmisi macet.

Sebelum melakukan penggantian filter oli transmisi sebaiknya lakukan pengurasan oli transmisi terlebih dahulu agar filter oli yang lama dapat menangkap kotoran yang mungkin bersirkulasi dengan oli yang lama atau kotoran yang terlepas oleh cairan pembersih.

Banyak produsen alat flushing transmisi otomatis yang merekomendasikan untuk menambahkan "conditioner" pada ATF saat melakukan penggantian oli transmisi. Produk tersebut diklaim dapat 
merevitalisasi seal dan o-ring, membantu mencegah terjadinya kebocoran, memperpanjang usia pakai oli transmisi dan memperhalus perpindahan gigi transmisi.


Video Cara Mengganti Oli Transmisi Otomatis




Transmisi Otomatis Tanpa Dipstick Oli

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh pabrikan mobil didapatkan fakta bahwa cukup banyak kerusakan transmisi otomatis  yang disebabkan oleh pengisian oli transmisi yang berlebihan atau mengisi oli transmisi tidak sesuai spesifikasi.

Harus selalu diingat betapa pentingya melakukan penambahan atau pengisian oli transmisi otomatis sesuai dengan rekomendasi pabrikan dan jangan melakukan pengisian sampai berlebihan.

Untuk mencegah terjadinya kesalahan pengisian oli transmisi otomatis, beberapa pabrikan tidak menyediakan dipstick oli transmisi. Namun akibatnya hal ini mempersulit untuk mengetahui kekurangan volume oli transmisi otomatis.

Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis
Transmisi Otomatis Tanpa Dipstick Oli

Pada transmisi otomatis yang tidak mempunyai dipstick oli, terdapat lubang pengisian (fil plug) yang biasanya terletak pada bagian samping kiri atau kanan housing transmisi. Pada beberapa tranmisi tersebut juga memiliki drain plug pada bagian bawah transmisi.


Untuk memeriksa volume oli, transmisi harus sudah mencapai temperatur kerja dan kendaraan diparkir pada tempat yang rata  atau dinaikkan diatas lift mobil.

Saat fill plug dilepaskan ada kemungkinan oli yang ikut keluar jika volume oli pada posisi penuh. Jika tidak terdapat oli yang keluar, tambahkan oli transmisi sampai rata dengan lubang pengisian.


Di bawah ini beberapa transmisi otomatis yang tidak mempunyai dipstick oli:

5-SPEED 2004-UP ACURA TL, RL, RSX

5L40/5L50E 2004-05 CADILLAC CATERA
.
AISIN 81-40LE 2004-05 CHEVROLET AVEO

4T40/45E 1997-UP CHEVROLET CAVALIER, COBALT

42RLE 2005-UP CHRYSLER 300 3.5L 2WD

NAG-1 2005-UP CHRYSLER 300 3.5L AWD

AF33 2005-UP CHEVROLET EQUINOX

5R55N/S/W 2005-UP FORD CARS

AISIN RNJ 1998-05 ISUZU NPR DIESEL

ZF-6SHP-26 2005-UP LINCOLN NAVIGATOR 5.4L

5F31J 2004 MAZDA MPV W/5SPD

N4AEL 2004 MAZDA MIATA

AF23 2004-05 SATURN ION

4/5-Speed 2004-05 SATURN VUE



Demikianlah Artikel Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis

Sekianlah artikel Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis dengan alamat link https://bengkelmobilkpm.blogspot.com/2018/12/cara-menguras-oli-transmisi-otomatis.html

Subscribe to receive free email updates:


[ad_2]
Sumber : Cara Menguras Oli Transmisi Otomatis =================================================================

Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger

=================================================================
Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger
Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger - Hallo sahabat Bengkel Karya Prima Motor, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Diagnosa dan Perbaikan mobil, Artikel mesin high performa, Artikel Perbaikan Mesin, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger
link : Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger

Baca juga


Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger

Turbocharger merupakan komponen yang berfungsi untuk meningkatkan tenaga mesin dengan cara memasukkan udara bertekanan ke dalam mesin. Semakin besar tekanan boost turbucharger maka udara yang masuk ke dalam mesinpun semakin maksimal sehingga tenaga yang dihasilkan mesinpun semakin besar.


Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger
Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger

Fungsi dasar turbocharger adalah untuk menghasilkan tekanan boost agar mesin lebih bertenaga, jadi jika suatu saat mesin yang menggunakan turbocharger tiba-tiba tenaganya turun secara drastis kemungkinan penyebabnya bisa karena kerusakan turbocharger.

Beberapa gejala yang muncul jika turbocharger mengalami kerusakan diantaranya tenaga mesin berkurang, terdengar suara berisik dari turbocharger, konsumsi oli mesin meningkat dan busi cepat kotor, gas buang menjadi sangat tebal.

Cara paling mudah untuk menganalisa kerusakan turbocharger adalah dengan menggunakan alat vacuum/boost gauge. Jika saat pedal gas diinjak penuh dan angka pada gauge tidak menunjukkan spesifikasi tekanan boost yang seharusnya (berkisar antara 9 sampai 14 PSI) maka artinya turbocharger mengalami masalah. Namun sebelum melakukan perbaikan pada turbocharger periksa dahulu kondisi catalytic converter, karena catalytic converter yang tersumbat dapat menimbulkan tekanan back pressure yang berlebihan yang dapat menghalangi turbocharger mencapai tekanan boost yang seharusnya.

Pemeriksaan Wastegate Turbocharger

Periksa kerja dari wastegate. Jika wastegate tidak dapat terbuka dengan sempurna maka akan menimbulkan problem overboost yang memicu terjadinya detonasi, namun jika wastegate macet posisi terbuka atau tidak dapat menutup dengan sempurna maka tekanan gas ekshaust dari turbine wheel akan bocor sehingga turbo charger tidak dapat membagkitkan tekanan boost-nya. Coba lepaskan linkage pada wastegate dan gerakkan dengan tangan apakah wastegate dapat menutup dengan sempurna.

Pada mobil yang tidak mempunyai alat pengukur tekanan boost turbocharger pada instrument panel gunakan alat vacuum/pressure gauge untuk mengukur tekanan atau kevakuman pada intake manifold.
Alat vacuum/pressure gauge akan mengukur kevakuman dalam satuan Hg dan mengukur tekanan dalam satuan PSI. Alat vacuum/pressure gauge harus dipasang pada saluran vakum intake manifold dan tidak boleh hanya dipasang pada lubang selang vakum yang menghubungkan intake manifold dengan karburator atau throttle body.

Pasang rem parkir dan transmisi di posisi netral atau Parking, lalu naikkan putaran mesin beberapa kali dengan menginjak pedal gas secara penuh. Jarum penunjuk pada lat vacuum/pressure gauge harus bergerak dari posisi vakum ke posisi boost saat putaran mesin meningkat. Setingan tekanan boost turbocharger dari pabrikan biasanya berkisar dari 9lb sampai 14lb.

Jika turbocharger sama sekali tidak dapat menghasilkan tekanan boost sesuai spesifikasi atau tekanan nya dibawah standard, perhatikan pembacaan kevakuman saat posisi mesin idle. Pada mesin-mesin model terdahulu jika tidak mengalami kebocoran kevakuman atau tahanan pada aliran gas buang akan menunjukkan kevakuman 16 sampai 22 Hg saat idle.

Pambacaan kevakuman di bawah nilai tersebut menunjukkan kemungkinan terjadinya back pressure yang berlebihan pada saluran ekshaust atau terjadinya kebocoran udara pada saluran intake sebelum throttle body ( periksa selang turbocharger dari kemungkinan bocor atau klemannya kendor).


Pemeriksaan Turbocharger


Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kevakuman dalam keadaan normal namun turbocharger tetap saja tidak dapat menghasilkan tekanan boost yang seharusnya langkah selanjutnya adalah mencari kerusakan yang terjadi pada turbocharger.


Salah satu penyebab paling sering hilangnya tekanan boost turbocharger adalah kerusakan pada bearing shaft turbocharger yang mengakibatkan gesekan dan tahanan yang berlebihan antara compressor wheel dan turbine wheel dengan housingnya.  Turbocharger dapat berputar dengan kecepatan diatas 100.000 rpm, sehingga jika terdapat keoblakan yang berlebihan pada bearing shaft turbocharger maka akan mengakibatkan wheel turbocharger bersentuhan dengan housingnya.

Gesekan yang berlebihan akan menghambat putaran wheel turbocharger sehingga tidak mampu membangkitkan tekanan boost maksimal.

Cara paling baik untuk memeriksa masalah bearing atau kontak antara housing dengan turbo wheel adalah dengan melepaskan plumbing intake atau ekshaust dari turbocharger (mana yang lebih mudah) agar dapat mengintip bagian dalam turbocharger.


Jika terdapat tanda-tanda gesekan pada baling-baling turbocharger atau housing berarti bearing sudah oblak dan turbocharger harus diganti atau diperbaiki.

Coba putar turbine turbo dengan menggunakan tangan sambil merasakan putaran yang kasar atau tertahan, jika turbine turbo tidak dapat berputar dengan bebas maka perlu diperbaiki atau diganti.


Masalah lain yang harus diperiksa adalah adanya retakan, atau kondisi yang tidak normal pada bilah turbine wheel. Baling-baling turbo merupakan komponen yang mempunyai keseimbangan yang sangat presisi. Rata-rata turbine turbocharger yang digunakan pada otomotif dibalancing sampai 0.001 ons.

Kondisi baling-baling turbine wheel yang retak, aus atau tergores dapat membuat ketidakseimbangan putaran turbine. Turbo mungkin masih dapat berputar dengan bebas namun ketidak seimbangan tersebut akan membuat putarannya tidak mencapai rpm maksimum dan akhirnya akan membuat shaft bearing menjadi tidak lurus. Tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki ketidakseimbangan komponen yang berputar tersebut, jika memang ada indikasi kerusakan maka jalan satu-satunya adalah dengan melakukan penggantian komponen.


Untuk memeriksa celah bearing tidak perlu melepas dan membongkar bagian-bagian turbocharger, cukup dengan menggunakan dial indicator yang dipasang pada sahft hub untuk memeriksa freeplay bearing.  Pergerakan shaft keatas dan kebawah tidak boleh lebih dari 0.0762 mm sampai 0.1524 mm. Endplay tidak boleh lebih dari 0.0254 mm sampai 0.0762 mm.


Metode alternatif untuk memeriksa bearing clearance turbocharger adalah dengan memnggunakan dial indicator dengan offset probe yang dimasukkan ke bagian tengah turbocharger melalui lubang suplai oli atau return port. Posisikan ujung dial indicator pada shaft turbine agar dapat memeriksa freeplaynya saat shaft diputar. Teknik ini juga memungkinkan unruk mengintip bagian dalam housing untuk memeriksa adanay oli kering yang menempel pada shaft atau housing.

Hal lain yang harus diperiksa adalah adanya oli pada compressor wheel atau exhaust housing. Sahft seal pada kedua ujung shaft mencegah oli tetap pada posisinya. Namun jika salah satu seal mengalami kerusakan, oli akan tertarik dari bearing housing. Kebocoran oli lebih sering terjadi pada sisi compressor wheel karena sisi tersebut terhubung terus dengan kevakuman intake manifold.


Kebocoran oli juga bisa disebabkan oleh adanya sumbatan pada saluran oil return. Jika terdapat oli pada kedua sisi housing turbo, namun tidak ada tanda-tanda kebengkokan pada shaft turbo , coba lepaskan saluran oil return dan periksa dari kemungkinan adanya sumbatan dengan menggunakan kawat yang kaku.


Kerusakan Turbocharger

Jika ada indikasi gangguan pada turbocharger maka turbocharger harus diloepaskan terlepas apakah nantinya harus diganti atau diperbaiki. Lakukan pemeriksaan secara seksama penyebab kerusakan turbocharger tersebut agar tidak berulang kembali setelah melakukan penggantian atau perbaikan. Hal pertama yang harus diperiksa adalah kondisi dari shaft bearing. Bearing biasanya mengalami kerusakan akibat oli yang terkontaminasi atau juga karena tidak mendapat pelumasan yang cukup.

Jika terdapat goresan atau keausan pada permukaan bearing merupakan indikasi oli yang kotor akibat tidak tersaring dengan baik. Periksa dari kemungkinan tersumbatnya filter oli. Jika filter oli mulai tersumbat dan bypass valvenya terbuka maka oli yang tidak disaring akan bersirkulasi ke turbocharger dan bagian mesin yang lain.

Jika bagian dalam bearing nampak menghitam seperti terbakar kemungkinan oli yang mengental menjadi penyebabnya. Bearing turbocharger mendapatkan efek pendinginan dari oli yang bersirkulasi dan selama temperatur kerja berada dalam batas normal maka dapat mencegah terjadinya pengentalan oli. Namun saat mesin dimatikan, temperatur didalam housing turbocharger dapat meningkat mencapai 300 sampai 400 derajat celcius.
Karena panas tersebut oli akan mengalami oksidasi dan membentuk deposit oli di dalam housing yang akan bersifat abrasif mengakibatkan keausan bearing.

Menggunakan oli temperatur tinggi atau oli sintetis, memasang oil cooler tambahan, dan melakukan penggantian oli mesin setiap 5000 Km dapat mencegah penurunan kwalitas oli dan pembentukan deposit oli.

Pada turbocharger dengan pendingin air, masalah pembentukan deposit oli lebih kecil jika penggantian oli dilakukan secara berkala dan menggunakan oli mesin yang berkualitas. Jadi jika ditemukan adanya akumulasi deposit oli pada housing turbocharger coba periksa selang sistem pendingin dari kemungkinan terjepit atau tersumbat.


Bearing terlihat meleleh atau mengkilap sebagai indikasi kurangnya pelumasan. Periksa jumlah oli mesin, kebocoran oli dan adanya sumbatan saluran oli antara turbocharger dan mesin atau tekanan oli mesin yang terlalu rendah (tekanan oli minimum untuk mesin dengan turbo adalah sekitar 30 Psi)
Kurangnya pelumasang saat mesin dimatikan dapat dicegah dengan dua cara, yaitu:

Dengan membiarkan mesin idle satu atau menit  sebelum dimatikan setelah hard run, hal ini akan memberikan waktu untuk mendinginkan turbo.

Memasang pressure reservoir aftermarket yang secara otomatis akan menjaga tekanan oli selama beberapa menit setelah mesin dimatikan. Oil reservoir juga akan memberikan tekanan awal pada saluran oli turbo untuk mencegah dry start oada saat mesin mulai dihidupkan.


Bearing yang tidak centre, retak dan pecah biasanya disebabkan oleh shaft dan wheel assembly yang tidak balans atau celah bearing yang trelalu berlebihan.

Hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah kondisi compressor dan turbine wheel. Adanya keretakan biasanya disebabkan oleh kejenuhan logam, namun kebengkokan dan kerusakan baling-baling disebabkan adanya objek asing yang mengenai baling-baling tersebut. Jika baling-baling compressor wheel terlihat terkikis kemungkinan udara kotor yang tidak disaring masuk ke dalam intake system.

Terakhir periksa kondisi dari housing. Ganti housing jika retak, korosi atau melengkung. Hati-hati jangan sampai membeli housing yang terbuat dari bahan cast iron biasa. Exhaust housing harus terbuat dari bahan nickel alloy yang tahan terhadap temperatur tinggi.


Overhaul Turbocharger

Yang paling aman adalah dengan memasang turbocharger baru atau hasil remanufaktur untuk mengganti turbocharger yang rusak. Hal ini tidak hanya menghindari terjadinya kerusakan yang berulang, namun juga adanya warranty.



(1) Bearing housing
(2)Turbine housing
(3) Compressor wheel
(4) Turbine wheel
(5) Shaft assembly


Jika memutuskan melakukan overhaul pada turbocharger, salah satu aspek yang paling sulit adalah memastikan bagian dalam housing benar-benar bersih tidak ada kotoran sedikitpun yang tertinggal. Pembersih mesin biasa tidak dapat membersihkan deposit oli di dalam housing, namun menggunakan spray on gasket remover mungkin bisa membersihkan kotoran teresebut.
Cara terbaik untuk membersihkan housing turbocharger adalah dengan menggunakan mesin hot solvent atau caustic tank.

Menggunakan sand blasted untuk membersihkan housing sangat tidak dianjurkan. Karena dengan metode ini ada resiko tertinggalnya sand blasted di dalam housing yang dapat mengakibatkan kerusakan bearing dikemudian hari. Selain itu sand blasting akan merubah tekstur permukaan housing yang akan menimbulkan masalah pada sistem pelumasan. Permukaan bearing juga harus sangat halus, tidak boleh kasar agar sand blasting dapat keluar semua.

Menggunakan metode glass beading masih diperbolehkan asalkan menggunakan bahan yang benar halus dan housing dibersihkan secara menyeluruh setelahnya.


Sfaft turbocharger dapat dibersihkan dengan menggunakan solvent. Jika permukaan shaft bearing tidak benar-benar halus, tidak bulat dan bebas dari kotoran maka gantilah shaft dan turbine wheel.

Turbo wheel yang kotor dapat dibersihkan dengan solvent dan sikat kawat. Hindari pengguanan amplas dan sand blasting. Jangan berusaha meluruskan baling-baling yang bengkok karena akan membuat baling-baling menjadi rapuh dan turbocharger dapat meledak saat rpm tinggi. Baling-baling yang bengkok akan menggangu aerodinamika wheel, mengurangi efisiensi pemompaan, jadi gantilah wheel yang kondisi baling-balingnya tidak sempurna.

Jika compressor wheel dan turbine wheel mengalami kerusakan maka harus diganti. Memang ada beberapa ahli yang mengjkalim dapat memperbaiki wheel turbo dengan cara dilas, namun jika pengelasan dilakukan bukan oleh profesional sangat berisiko apabila pengelasan tidak dilakukan dengan benar sehingga ada serpihan logam yang akan masuk ke dalam mesin. Selain itu juga akan sulit untuk mendapatkan keseimbangan yang presisi pada turbo wheel yang direparasi.

Shaft turbine yang aus dapat diperbaiki dengan membubut shaft journal dan menggunakan bearing oversize, atau dengan memperbaiki shaft journal yang aus dengan hard chrome dan kemudian dibubut sesuai dengan ukuran aslinya. Membubut shaft dan menggunakan bearing oversize lebih murah dari pada hard chrome yang jika tidakk dilakukan dengan benar  bahan chrome dapat mengelupas dan menimbulkan masalah kembali.

Jika bagian bibir kedua turbo wheel bergesakan dengan bagian tengah housing maka akan menimbulkan alur di dalam housing. Jika hal ini terjadi gantilah centre housing yang baru. Dalam beberapa contoh kasus lebih murah untuk membeli "turbo cartridge" (centre housing dengan kedua turbo wheel yang sudah terpasang) dibandingkan dengan mencoba memperbaiki unit yang rusak tadi.

Saat akan merakit komponen-komponen turbocharger, kebersihan merupakan hal yang sangat penting. Kotoran, serpihan dan kerak oli yang tersisa dapat mengakibatkan kerusakan yang berulang. Shat beraing harus dilumasi dengan assembly lube dan diperiksa posisi pemasangan dan keseimbangannyaa.

Gunakan seal baru dan kencangkan compressor wheel sesuai dengan spesifikasi. Setelah semua komponen terpasang, putar turbo wheel untuk memastikan shaft berputar dengan bebas tanpa ada hambatan. Pemeriksaan teraakhir adalah memeriksa celah dengan menggunkan dial indicatorsebelum memasang unit turbocharger ke mesin.

Beberapa hal ini harus dilakukan setelah melakukan perbaikan dan penggantian turbocharger seperti mengganti oli mesin dan filter oli, memeriksa saringan udara dari kebocoran dan kerusakan. Memastikan suplai oli ke turbo sebelum menghidupkan mesin. Starting mesin selama 10 sampai 15 detik dengan melepaskan ignition coil untuk memastikan oli mesin mencapai turbocharger.


Demikianlah Artikel Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger

Sekianlah artikel Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger dengan alamat link https://bengkelmobilkpm.blogspot.com/2018/12/diagnosa-dan-perbaikan-turbocharger.html

Subscribe to receive free email updates:


[ad_2]
Sumber : Diagnosa dan Perbaikan Turbocharger =================================================================

Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA

=================================================================
Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA
Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA - Hallo sahabat Bengkel Karya Prima Motor, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Tabel Gejala Toyota Avanza, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA
link : Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA

Baca juga


Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA

Pemeriksaa Sistem Pengapian Pada Kendaraan Toyota All New Avanza  1NR-VE  



Prosedur Pemeriksaan Sistem Pengapian


Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA


1. LAKUKAN SPARK TEST

a. Periksa kode DTC.

PERHATIAN:
Jika muncul DTC, lakukan troubleshooting sesuai dengan prosedur untuk masing-masing DTC.
b. Lepas air cleaner assembly.

c. Lepas 4 ignition coil assemblies dan 4 busi.

d. Lepas hubungan 4 fuel injector assembly connector.

Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA


e.Pasang spark plug pada setiap ignition coil assembly dan hubungkan konektor ignition coil assembly.

f. Ground-kan busi.

Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA


g. Periksa bahwa terjadi percikan bunga api selama mesin sedang craking (diputar)


PERHATIAN:
  • Ketika melakukan pemeriksaan, pastikan untuk meng-ground-kan posisi heksagonal atau bagian ulir pada busi.
  • Jangan memutar (crank) mesin lebih dari 2 detik.
  • Untuk kendaraan dengan fungsi penahan cranking, ubah ignition switch ke off selama cranking untuk menghentikan cranking.
  • Jika ignition coil assembly macet atau terjatuh, ganti ganti part tersebut dengan yang baru.
  • Jika busi macet atau terjatuh, ganti part tersebut dengan yang baru.



h. Bila tidak terjadi loncatan bunga api listrik. lakukan prosedur berikut.

2. MEMERIKSA IGNITION COIL DAN TEST BUNGA API

a. Lakukan test loncatan bunga api sesuai dengan prosedur berikut ini.
  • Periksa apakah konektor sisi wire harness dari ignition coil assembly telah terhubung dengan sempurna.
Hasil:
 
NG Hubungkan dengan sempurna

OK Lanjutkan ke langkah selanjutnya

  • Lakukan spark test pada setiap ignition coil assembly.

1. Bila terdapat silinder dimana tidak terjadi percikan api, ganti ignition coil assembly dengan ignition coil assembly pada silinder dimana percikan api terjadi dengan normal.

2. Engkol mesin dan periksa secara visual bahwa percikan api terjadi pada silinder dengan ignition coil assembly bekerja dengan normal.

Hasil:
 
OK Ganti ignition coil assembly

NG Lanjutkan ke langkah selanjutnya

  • Lakukan uji loncatan bunga api pada setiap ignition coil.

1. Bila terdapat silinder dimana tidak terjadi percikan api, ganti spark plug dengan spark plug pada silinder dimana percikan api terjadi dengan normal.

2. Engkol mesin dan periksa secara visual bahwa percikan api terjadi pada silinder dengan yang bekerja dengan normal.

Hasil:
 
OK Ganti busi

NG Memeriksa sistem pengapian
 


b. Hubungkan 4 konektor injektor.

c. Pasang 4 ignition coil assemblies dan 4 busi.

d Hapus DTC.

e. Periksa dari DTC.



PETUNJUK:Pasang kembali sensor, konektor, dan sebagainya dan pulihkan kondisi kendaraan seperti sebelumnya sebelum memeriksa kembali untuk DTC.


3. MEMERIKSA SPARK PLUG


PERHATIAN:
  • Jangan menggunakan sikat kawat (wire brush) untuk membersihkan.
  • Jangan pernah mecoba untuk menyetel gap elektroda busi bekas pakai.


a. Periksa elektroda menggunakan megohmmeter:

  • Menggunakan megaohmmeter, ukur resistansi insulasinya.

Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA



Tahanan Insulasi Standar:

Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA

 
PETUNJUK:Jika hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi, bersihkan busi dengan pembersih busi dan ukur kembali resistansinya.
    ·

    Jika tidak tersedia mega ohmmeter, sebagai gantinya lakukan pemeriksaan sederhana berikut ini.



b. Pilihan metoda pemeriksaan:
  • Hidupkan mesin.


PERHATIAN:
Jangan lakukan langkah ini ketika beberapa DTC berikut di-output; P0300, P0301, P0302, P0303, P0304 (Terdeteksi Misfire Cylinder)

  • Akselerasikan mesin secara cepat ke 4000 rpm sebanyak 5 kali.



PERHATIAN:Jangan lakukan langkah ini ketika beberapa DTC berikut di-output; P0300, P0301, P0302, P0303, P0304 (Terdeteksi Misfire Cylinder)


  • Lepas spark plug.
  • Periksa busi secara visual.
  • Jika elektroda kering, busi berfungsi dengan sempurna. Jika elektroda basah, lanjutkan ke langkah selanjutnya.


Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA



c. Periksa spark plug dari berbagai cacat pada ulir dan insulator.
Jika terdapat kerusakan, ganti busi.

Busi yang dianjurkan:
    Pabrikan Tipe Busi
    DENSO SC16HR11



d. Referensi:

  • Periksa gap elektroda busi.

Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA


Gap Electrode Maksimal untuk Spark Plug yang Digunakan:
1.3 mm (0.0512 in.)


Jika gap electrode lebih besar dari maksimum, ganti busi.


Gap Electroda untuk Busi Baru:
1.0 sampai 1.1 mm (0.0394 sampai 0.0433 in.)



PERHATIAN:Jangan pernah mecoba untuk menyetel gap elektroda busi bekas pakai.



e. Bersihkan spark plug.

Jika elektrodanya telah dikelilingi karbon basah, bersihkan elektroda dengan spark plug cleaner dan kemudian keringkan spark plug.

Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA


Tekanan Udara Standar:
588 kPa (6 kgf/cm2, 85 psi)


Standar durasi:
20 detik atau kurang


PETUNJUK:
Gunakan spark plug cleaner hanya apabila elektroda bebas dari oli. Jika elektroda ber-oli, gunakan bensin untuk membersihkan oli sebelum menggunakan spark plug cleaner.


Demikianlah Artikel Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA

Sekianlah artikel Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA dengan alamat link https://bengkelmobilkpm.blogspot.com/2018/12/pemeriksaan-sistem-pengapian-toyota-all.html

Subscribe to receive free email updates:


[ad_2]
Sumber : Pemeriksaan Sistem Pengapian TOYOTA ALL NEW AVANZA =================================================================

Halaman