Pada umumnya, kekhawatiran orang awam yang ingin membeli mobil bekas adalah mereka kurang paham soal mesin mobil. Saat membeli mobil bekas di showroom, banyak orang juga hanya mementingkan penampilan luar yang rapi dan mengkilat, padahal kondisi mesin adalah salah satu hal terpenting yang perlu diperhatikan saat membeli mobil bekas.
Lalu bagaimana cara mengetahui kondisi mesin mobil bekas? Ikuti 8 cara mengecek mesin mobil bekas berikut dari kami:
#1: Ruang Mesin
Buka kap mesin dan periksa di sekeliling ruang mesin apakah terdapat cat yang terlihat relatif baru dibandingkan dengan yang lain, di situ nanti akan terlihat apabila ruang mesin pernah di cat. Ruang mesin yang pernah di cat merupakan indikasi bahwa mesin pernah diturunkan. Sebab nya bisa berbagai macam, seperti karena bekas tabrakan atau karena mobil tersebut bekas kena banjir dan sebagainnya.
#2: Kondisi Mesin
Pastikan tidak ada kebocoran oli atau bahan bakar, dan juga perhatikan kondisi fisik mesin. Mobil yang terawat ialah mobil yang bebas dari kebocoran pada mesin ataupun selang-selang.
Contoh Kebocoran Mesin
Cara mengetahuinya cukup mudah, amati satu per satu bagian mesin mobil dan pastikan tidak ada rembesan oli atau cairan lainnya. Perhatikan pula baut dan mur yang ada. Bila ada baut baru atau baut yang bagian ujungnya cacat, tanyakan ke pedagang atau pemilik yang menjualnya. Biasanya pedagang yang nakal akan berupaya menutupi kerusakan ini dengan cara mencuci mesin mobil supaya tidak terlihat kalau ada oli yang rembes.
#3: Starter Mobil
Pastikan suara mesin mobil masih halus dan konstan saat mesin stasioner atau saat dihidupkan tanpa hentakan gas dan peranti audio dan AC di-nonaktifkan.
Mobil yang sehat atau terawat saat distarter dari keadaan dingin langsung konstan menyala dan tidak tersendat-sendat. Jika tersendat, kemungkinan aki mobil bermasalah atau mobil tersebut jarang diservis secara berkala sehingga ada kotoran yang menyumbat kinerja mesin
#4: Indikator & SpeedoMeter
Saat menghidupkan mesin, perhatikan setiap lampu indikator apakah ada yang menyala. Banyak lampu indikator kondisi mesin pada dashboard seperti oli dan temperatur, pastikan tidak ada yang menyala. Coba gas secara perlahan, lalu lepas dan perhatikan turun nya jarum RPM. Pastikan jarum RPM stabil turun naik. Jika tidak stabil, berarti mesin mobil tersebut bermasalah.
Baca Juga: 4 Kelebihan Menggunakan Jasa Inspeksi Mobil Bekas
#5: Suara Mesin
Perhatikan suara mesin saat pertama kali mesin dihidupkan dari keadaan mesin dingin. Dengarkan apakah ada suara yang tidak wajar keluar dari mesin. Contoh suara yang dapat dikategorikan tidak wajar seperti: suara gesekan plat besi, suara ketukan dari dalam mesin saat digas.
#6: Getaran Pada Mesin
Buka kap mesin, perhatikan apakah ada getaran yang tidak wajar atau tidak seirama. Apabila iya, mesin bisa dikatakan dalam keadaan “pincang”, yang bisa terjadi karena masalah pada engine mounting atau juga sistem kelistrikan yang tersendat.
#7: Gas Buang (Knalpot)
Cermati ujung knalpot, perhatikan gas buang mobil apa ada yang tidak wajar keluar dari knalpot. Tanda-tanda atau bekas hasil pembakaran di mesin yang ada di ujung knalpot memberikan petunjuk yang cukup akurat tentang kondisi mobil tersebut. Contoh:
Asap knalpot berwarna hitam – Indikasi pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.
Asap knalpot berwarna putih – Indikasi terdapat campuran oli di dalam ruang pembakaran mesin.
Tetesan air pada knalpot merupakan hal yang wajar dan merupakan tanda mesin mobil masih bagus.
#8: Test Drive
Disarankan jangan terburu-buru saat melakukan test drive, banyak masalah terjadi ketika mesin mobil sudah panas dan digunakan untuk perjalanan agak lama. Pada saat test drive hal yang harus diperhatikan antara lain adalah performa mesin, kenyamanan perpindahan transmisi dan performa rem.
Baca Juga: 6 Langkah Melakukan Test Drive Mobil
Pemeriksaan Menyeluruh Sebelum Membeli Mobil
Selain memeriksa dan memastikan kondisi mesin, Anda juga perlu memastikan bagian mobil lainnya seperti body, interior dan kaki-kaki. Anda tentunya tidak mau membeli mobil yang mesin nya bagus, tapi ketika hujan, air rembes lewat jendela karena kaca pernah diganti akibat mobil bekas tabrakan.
Untuk memastikan kondisi mobil secara menyeluruh, OtoSpector menyediakan jasa inspeksi mobil bekas yang mencakup semua komponen mobil. Sehingga Anda tidak perlu repot dan bisa mendapatkan mobil yang benar-benar berkualitas.
Demikian tips dari kami semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan Anda dalam mengecek kondisi mesin mobil bekas.
Itu berarti sistem OBD atau onboard diagnostic system pada kendaraan telah mendeteksi adanya masalah yang dapat meningkatkan emisi gas buang. Saat hal ini terjadi, sistem OBD II akan menyimpan satu atau lebih kode kerusakan DTC (Diagnostic Trouble Code) terkait dengan kerusakan yang dideteksi. Untuk mebaca kode DTC tersebut diperlukan sebuah scantool atau code reader yang dihubungkan ke diagnostic connector 16 pin yang umumnya berada dibawah dashboard dekat dengan steering column. Alat scantool tersebut akan menampilkan kode DTC yang menjadi penyebab lampu cek engine menyala.
Agar dapat membaca kode DTC dengan akurat diperlukan sebuah scantool yang mumpuni. Pada kendaraan dibawah tahun 1996 dibutuhkan scantool OBD I yang dilegkapi dengan adapter yang sesuai dengan diagnostic connector pada mobil, bentuk diagnostic connector pada mobil produksi dibawah tahun 1996 berbeda-beda pada tiap mobil. Pada mobil produksi tahun 1996 keatas, bentuk diagnostic connector dibuat seragam namun software dan hardware yang dibutuhkan untuk membaca kode DTC bervariasi tergantung merk, model dan tahun perakitan mobil.
Bagaimana Cara Membaca Kode DTC
1. Cari lokasi diagnostic connector 16 pin OBD II (umumnya berada dibawah dashboard disekitar steering column)
Catatan: Pada beberapa mobil diagnostic connector tersebut tertutup panel atau cover. Sedangkan pada moyang lain terletak di konsol tengah atau ditempat lainnya. Carilah informasi pada buku pedoman pemilik untuk mengetahui lokasi yang tepat.
Diagnostic Connector 16 Pin Standard OBD II
2. Hubungkan scantool atau code reader ke diagnostic connector
3. Putar kunci kontak ON, namun jangan starter mesin. hal ini sangat penting agar scantool dapat berkomunikasi dengan komputer mobil.
4. Tergantung scantool yang digunakan, tekan tombol READ CODE atau pilih menu READ CODE .
Catatan: Beberapa scantool tidak dapat secara otomatis mendeteksi Merk, type dan tahun perakitan mobil. Anda perlu memasukkan informasi-informasi tersebut secara manual sebelum scantool dapat membaca kode DTC.
5. Scantool akan menampilkan kode DTC dalam bentuk urutan angka.
CATAT KODE DTC. Hal ini sangat penting untuk rujukan kemudian. Jika scantool hanya menampilkan kode DTC tanpa penjelasannya Anda dapat mencari informasinya pada internet.
6. Hapus kode DTC dengan menekan tombol CLEAR CODE atau memilih menu erase code pada menu scantool.
7. PENTING : Kode DTC TIDAK memberitahu komponen apa yang harus diganti, namun hanya menginformasikan adanya gangguan pada sirkuit sensor atau sistem kendaraan. Dibutuhkan analisa lebih lanjut untuk mendiagnosa komponen apa yang harus diganti untuk memperbaiki kerusakan yang muncul tersebut.
8. Menghapus kode DTC bukan berarti masalah telah hilang. Jika masalah belum diperbaiki, cepat atau lambat lampu cek engine akan kembal menyala dan kode DTC muncul kembali.
Scantool Untuk Membaca dan Menghapus Kode DTC
Cara Membaca Kode DTC Dan Reset Lampu Cek Engine Toyota Secara Manual
Lampu Cek Engine
Lampu MIL atau Malfunction Indicator Lamp atau sering disebut dengan lampu cek engine didesain untuk menyala saat terjadi kerusakan pada sistem kontrol mesin yang dapat mempenagruhi emisi gas buang mobil. Tergantung pada konfigurasi sistem yang digunakan dan sifat gangguan yang timbul , lampu MIL dapat menyala kemudian mati, lampu terus menyala atau lampu berkedip. Beberapa kerusakan intermittent atau kerusakan yang terjadi kadang-kadang akan membuat lamp cek engine menyala saat terjadi masalah saja. Saat masalahnya hilang lampu cek engine akan mati sendiri. Jenis problem atau kerusakan yang alain dapat mebuat lampu cek engine menyala terus saat mesin hidup, dan akan terus sepertu itu sampai kerusakan yang terjadi diperbaiki.
Berbagai tampilan lampu cek engine yang sering digunakan pada mobil
Lampu cek engine yang menyala terbukti sering membuat pengendara merasa bingung karena tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab masalahnya. Masalahnya bisa saja sesuatu yang serius atau hanya sepele saja. Tidak ada cara lain untuk mengetahui penyebab masalah tersebut selain menghubungkan scantool ke diagnostic connector untuk mencari tahu penyebab lampu cek engine menyala.
Jika mesin tampak normal saja dan tidak ada lampu indikator lainnya yang menyala, mungkin mobil masih aman untuk dikendarai. Namun usahakan sesegera mungkin untuk memeriksakan kendaraan ke bengkel untuk mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi. Pada negara yang mengharuskan pengujian emisi gas buang secara berkala , maka mobil dengan lampu cek engine menyala dan menyimpan kode DTC pada memori ECUnya tidak akan lulus uji emisi tersebut.
Menghilangkan Kode DTC
Pada sistem OBD II yang pertama, kode DTC dapat dihapus dengan melepaskan kabel baterai atau kabel suplai kontrol modul selama beberapa saat. Hilangnya tegangan listrik akan menghapus memori sementara kontrol modul yang mengakibatkan lampu cek engine akan mati. Namun jika masalah tersebut muncul lagi maka kode DTC kembali tersimpan di dalam memory ECU dan lampu cek engine menyala kembali.
Pada sistem kontrol yang terbaru, kode DTC disimpan di dalam "nonvolatile" memory yang tidak akan terhapus walaupun kabel baterai dilepaskan. Kode DTC akan tetap tersimpan samapai dihapus menggunakan scantool . Terlebih lagi, mencabut kabel baterai atau power suplai control modul dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan seperti terhapusnya setingan pada komponen elektronik seperti radio dan system climate control. Begitu pila dengan "learned' memory yaitu memori yang menyimpan penyesuaian yang dilakukan terus menerus sesuai dengan perubahan keausan komponen mesin dan gaya mengemudi akan terhapus. Pada beberapa mobil dimana ECU juga digunakan untuk mengatur transmisi elektronik, komputer harus di "learning" kembali menggunakan prosedur khusus agar transmisi dapat kembali bekerja dengan normal setelah kehilangan power suplai.
Bagaimana Sistem OBD III Mengatur Kode DTC
Sebelum sistem OBD II, deteksi kerusakan pada umumnya terbatas hanya pada kerusakan utama di dalam suatu sisrkuit sistem atau sensor. Generasi pertama tidak dapat mendeteksi misfire pada mesin, bagaiman fungsi dari catalytic converter atau apakah ada kebocoran bahan bakar mobil ke udara terbuka. Sistem OBD II mengalami perubahan dengan menambahkan kemampuan mendeteksi hal-hal diatas sehingga masalah emisi gas buang dapat dideteksi saat terjadi.
OBD II tetap menggunakan lampu cek engine untuk memberikan peringatan pada pengemudi saat terjadi kerusakan, dan akan tetap menyimpan kode DTC sesuai dengan kerusakan yang terjadinamun ada penambahan sebuah kemampuan yang unik unttuk menelusuri problem saat itu terjadi dan merekam snapshot apa yang terjadi saat masalah muncul.
Pada sistem OBD II lampu cek engine akan menyala jika terjadi masalah pada sistem emisi gas buang yang dapat meningkatkan emisi hydrocarbon sampai 1.5 kali dari batas yang ditentukan walaupun tidak muncul gangguan yang dapat dirasakan pada jalannya mesin.
Fitur OBD II yang cukup powerfull (sekaligus sedikit kontroversial) adalah kemampuannya mendeteksi terjadinya misfire pada mesin. Sistem OBD II generasi pertama tidak dapat melakukan hal tersebut secara langsung sehingga tidak ada cara untuk mengetahui apakah mesin bekerja dengan baik atau tidak. Startegi mendeteksi misfire OBD pada setiap mobil bervariasi, tetapi sebagian besar memanfaatkan input dari crankshaft sensor untuk memonitor perubahan kecepatan putaran crankshaft. Sebuah gejala misfire yang timbul akan menyebabkan sedikit variasi pada putaran crakshaft. Dengan mengetahui posisi dari crankshaft dan sislinder mana yang seharusnya melakukan pembakaran, sistem OBD II dapat menentukan setiap silinder yang mengalami misfire. Misfire akan dipantau dan dihitung, dan jika terjadi secara terus menerus maka OBD II akan memunculkan kode DTC misfire dan menyalakan lampu cek engine.
Menganalisa Kode DTC
Contoh Kode DTC "generik" Standard OBD II
Misfire yang terjadi pada sebuah silinder akan memunculkan kode DTC P030X, dimana "X" menunjukkan silinder yang mengalami misfire. Sebagai contoh kode DTC P0302 berarti terjadi misfire pada silinder nomor 2. Namun ada poin penting yang harus diingat: Kode DTC tidak akan memberitahu kenapa terjadi misfire pada silinder mesin. Teknisi harus mencari tahu sendiri penyebab terjadinya misfire dengan melakukan serangkain pemeriksaan. Misfire dapat disebabkan oleh beberpa hal seperti: busi kotor, kabel busi rusak, ignition coil rusak, fuel injector tersumbat atau rusak atau tekanan kompresi yang rendah akibat kebocoran ekshaust valve, kebocoran gasket cylinder head atau cam lobe aus.
Pada beberapa kendaraan, sistem OBD II akan menonkatifkan silinder yang terdeteteksi mengalami misfire dengan frekuensi yang cukup tinggi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi catalytic converter. Dengan menonaktifkan fuel injector silinder mesin yang bermasalah sistem OBD II akan mencegah bahan bakar yang tidak terbakar di dalam silinder masuk ke dalam saluran ekshaust. Bahan bakar yang masuk ke dalam saluran ekshaust merupakan hal yang sangat buruk karena dapat membuat catalytic converter overheat dan akan merusak catalytic jika temperaturnya terlalu panas.
Apalagi keunggulan dari sistem OBD II..?
Sistem OBD II juga dapat memonitor kerja dari catalytic converter dengan menggunakan oksigen sensor kedua yang dipasang pada salauran ekshaust setelah catalytic converter. Dengan membandingkan pembacaan oksigen sensor yang dipasang sebelum dan sesudah catalytic converter sistem OBD II dapat menetukan apakah catalytic cocnverter berfungsi dengan baik. Jika efiseinsi dari catalytic converter turun sampai batas tertentu sistem OBD II akan memunculkan kode DTC dan menyalakan lampu cek engine.
Sistem OBD II juga dapat mendeteksi terjadinya kebocoran uap bensin (evaporative emission) pada charcoal canister, evap plumbing atau pada fuel tank dengan menekan dan menarik vakum pada sistem bahan bakar. Sistem ini bahkan dapat mendeteksi tutup tangki yang kendor atau tidak terpasang.
Sebagai tambahan, OBD II juga dapat menghasilkan kode DTC untuk berbagai masalah pada electronic transmission dan bahkan kerusakan sistem AC seperti kerusakan kompresor AC.
Berbagai Jenis Kode DTC
Ada ketentuan yang mengharuskan kode DTC pada sistem OBD II bersifat "generik", artinya semua pabrikan diharuskan menggunakan daftar kode DTC yang sama dan menggunakan diagnostic connector 16 pin yang sama pula. Dengan demikian kode DTC misfire seperti P0301 pada Ford mempunyai arti yang sam juga pada Chevrolet, Toyota atau Mercedes Benz. Namun setiap pabrikan juga diberikan kebebasan untuk menambahkan kode DTC "tambahan" untuk memberikan informasi yang lebih rinci mengenai sebuah kerusakan. Kode DTC tambahan juga dapat mencakup kerusakan yang tidak berhubungan dengan sistem emisi dan terjadi diluar sistem kontrol mesin. Ini termasuk kode DTC sistem ABS, kode DTC sistem AC, kode DTC airbag dan kode DTC sistem kelistrikan body lainnya.
Kode DTC "generic" yang umum digunakan pada semua pabrikan dapat diakses dengan menggunakan scantool umum yang cocok dengan OBD II. Scantool terdahulu yang didesain untuk sistem OBD I tidak dapat digunakan untuk membaca kode DTC pada sistem OBD II kecuali sudah diupdate dengan software yang terbaru. Namun demikian banyak dari scantool OBD I tersebut tidak mempunyai hardware yang sesuai untuk membaca kode DTC OBD II. Hal yang sama berlaku pula untuk scantoll OBD II yang belum disuport untuk sistem CAN. Pda sekitar tahun 2006 banyak mobil sudah menggunakan sistem komunikasi CAN atau Controller Area Network yang membutuhkan scantool dengan hardware dan software yang berbeda. Jadi pastikan menggunakan scantool yang sesuai dengan mobil saat akan membaca DTC.
Masalah lain yang mungkin ditemui pada scantool murah adalah hanya mampu membaca kode DTC P0 "generik" atau tidak dapat digunakan untuk membaca kode DTC spesifik P1 pabrikan mobil.
Hati-hati Pada Kode DTC "Palsu"
Sistem OBD II saat ini sangat sensitif terhadap gejala misfire, dimana sistem OBD II akan meunculkan kode DTC misfire jika mendeteksi sedikitnya terjadi misfire sebanyak 5 kali dalam 200 putaran mesin. Sayangnya, tingkat sensitifitas yang tinggi ini terkadang dapat menghasilkan kode DTC misfire "palsu" pada kondisi kerja mesin tertentu. Sebagai contoh, berkendara pada permukaan jalan yang sangat kasar dapat menciptakankecepatan putaran crankshaft yang bervariasi yang dapat dianggap oleh sistem monitor OBD II sebagai terjadinya misfire. Beberapa sistem OBD II terbaru akan melakukan adaptasi saat mobil beroperasi pada jalan yang sangat kasar dengan menurunkan tingkat sensitivitas misfire. Sedangakan beberapa sistem yang lain menggunakan metode pendeteksian misfire yang berbeda. Sistem ini tidak memonitor kecepatan putaran crankshaft melainkan memonitor tegangan pengapian pada setiap busi untuk mendeteksi terjadinya misfire (lean misfire biasanya akan menyebabkan terjadinya loncatan tegangan pengapian yang besar, sedangkan busi yang aus atau kotor akan menyebabkan penurunan tegangan pengapian)
Random misfire yang tidak terbatas apda salah satu silinder tertentu saja juga akan memunculkan kode DTC misfire P0300.
Kode DTC P0300 mempunyai arti bahwa sistem OBD II telah mendeteksi terjadinya beberapa gejala misfire pada beberapa silinder secara acak. Pada banyak kasus munculnya kode DTC misfire P0300 adalah karena campuran bahan bakar yang terlalu kurus karena beberapa sebab, seperti: kebocoran kevakuman pada intake manifold, atau masukany audara yang tidak terukur oleh airflow sensor ke dalam mesin. Sama halny dengan kode DTC misfire pada salah satu silinder, diperlukan analisa untuk mengetahui penyebab gangguan dan kemudian melakukan perbaikan.
Demikianlah Artikel Bagaimana Cara Membaca Kode DTC Mobil
Sekianlah artikel Bagaimana Cara Membaca Kode DTC Mobil kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Bagaimana Cara Membaca Kode DTC Mobil dengan alamat link https://bengkelmobilkpm.blogspot.com/2018/08/bagaimana-cara-membaca-kode-dtc-mobil.html
Menganalisa Wheel Speed Sensors Antilock Brake System
Saat sensor ABS atau wheel speed sensor (WSS) rusak atau ada gangguan pada sirkuit kelistrikan sensor maka biasanya akan mengakibatkan sistem ABS tidak berfungsi dan lampu indikator ABS di instrument panel akan menyala. Hilangnya sinyal putaran roda merupakan masalah yang serius karena control modul ABS membutuhkan input yang akurat dari seluruh sensor agar dapat menentukan apakah roda terkunci atau tidak. Tanpa informasi penting tersebut maka sistem ABS tidak dapat melakukan apapun saat dibutuhkan.
Sensor ABS
Wheel speed sensor menghasilkan out put berupa tegangan listrik AC (Alternating Current) dengan frekuensi dan amplitudo yang bervariasi sesuai dengan perubahan kecepatan roda. Semakin cepat putaran ban, maka frekuensi dan tegangan listrik yang dihasilkan sensor tersebut akan meningkat. Kekuatan sinyal yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh tahanan di dalam sensor, tahanan pada wiring dan konektor, kotoran atau serpihan logam yang menempel pada ujung sensor dan juga celah antara sensor dengan tonjolan gear ring yang dipasang pada axle, hub, brake rotor, drum atau CV joint.
Dibutuhkan celah yang tepat agar sensor dapat menginduksi sinyal yang kuat di dalam gulungan magnetik sensor. Celah sensor berkisar antara 0.40 mm sampai 0.13 mm tergantung aplikasinya. Jika lampu ABS menyala dan muncul kode DTC untuk wheel speed sensor dan posisi sensor ternyata bisa disetel, masalahnya bisa saja karena celah yang tidak tepat, Gunakan feeler gauge Non -magnetik untuk menyetel posisi celah sensor sesuai spsesifikasi pabrikan.
Perubahan celah dapat mengakibatkan sinyal output senssor berfluktuasi. Hal ini bisa dikarenakan kondisi bearing roda yang rusak, gigi pada ring gear patah. Bahkan kerusakan kecil saja pada ring gear yang sulit dilihat dengan mata terkadang dapat menimbulkan masalah. Ada sebuah alat test bench dengan magnetic pickup dan osiloskop untuk memeriksa ring gear pada axle shaft FWD remanufaktur. Alat ini akan mensimulasikan sinyal yang dihasilkan oleh wheel speed sensor. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan celah sensor sebesar 0,25 mm saja pada salah satu gigi dapat memperlihatkan fluktuasi output sinyal dari sensor.
Pemeriksaan Wheel Speed Sensor
Salah satu cara untuk memeriksa wheel speed sensor yang dicurigai bermasalah adalah dengan mengukur tegangan outputnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menghubungkan breakout box ke control unit ABS dan menghubungkan test lead AVO meter ke pin yang menuju wheel speed sensor.
Wheel speed sensor yang dalam keadaan baik akan menghasilkan tegangan listrik AC sekitar 50 -700 MV saat roda diputar dengan tangan dengan kecepatan satu putaran perdetik. Lihat spesifikasi pada service manual untuk mengetahui voltase spesifikasi yang tepat.
Mengukur frekuensi sinyal sensor ABS dengan AVO meter
Apabila hasil pengukuran menunjukkan pembacaan tegangan yang lebih rendah atau tidak ada pembacaan sama sekali maka selanjutnya yang harus diperiksa adalah tahanan pada sirkuit wheel speed sensor tersebut (dengan kunci kontak OFF). Hal ini dilakukan dengan menggunakan breakout box. Wheel speed sensor dan sirkuit yang bagus biasanya mempunya resistansi sebesar 800-1400 Ohm (spesifikasi sangat bervariasi pada setiap merk, lihat service manual untuk nilai yang tepat).
Jika resistance pada sirkuit sensor terlalu besar, sirkuitnya terbuka atau terjadi short circuit, ukur tahanan sensor secara langsung. Jika hasil pemnukuran pada sensor sesuai spesifikasi maka masalahya ada pada wiring atau konektor sirkuit wheel speed sensor tersebut. Jika tidak berarti sensor sudah jelek dan perlu diganti.
Pemeriksaan Menggunakan Osiloskop
Pemeriksaan output sinyal wheel speed sensor menggunakan osiloskop merupakan cara yang paling akurat untuk menganalisa performa sensor. Bentuk gelombang yang ditampilkan osiloskop dapat mengungkapkan masalah yang mungkin tidak dapat dideteksi dengan cara yang lain. Contohnya kerusakan gigi pada ring gear mungkin tidak akan memperlihatkan perubahan tegangan output sensor jika dibaca dengan menggunakan Digital AVO meter atau analog volt meter. Tapi kerusakan tersebut mungkin dapat mengubah bentuk gelombang sinyal sensor yang dapat mengganggu kerja sistem ABS dan memunculkan kode DTC.
Osiloskop dapat dihubungkan dengan menggunakan breakout box atau dapat juga secara langsung ditautkan ke wheel speed sensor. Pola gelombang yang baik pada osiloskop akan memeperlihatkan gelombang sinus tegangan listrik bolak balik (AC) yang frekuensi dan amplitudonya berubah sesuai dengan kecepatan roda. Putarkan roda lebih cepat maka frekuensi dan amplitudonya juga akan meningkat.
Jika osiloskop menampilkan pola gelombang yang datar (amplitudo mengecil) atau tidak menentu, hal tersebut merupakan indikasi sinyal yang lemah karena celah sensor dengan ring gear yang terlalu besar, atau adanya kotoran partikel logam yang menempel diujung sensor. Sinyal yang lemah juga dapat disebabkan adanya tahanan yang besar pada sensor atau sirkuit wiringnya atau konektor yang kendor dan korosi.
Jika terdapat gigi yang rusak atau patah pada ring gear, osiloskop akan menampilkan area yang datar atau ada gap pada gelombang sinus. Sedangkan jika axle atau hub ada yang bengkok maka akan terlihat pola gelombang yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan kekuatan sinyal pada setiap putaran.
Berbagai bentuk gelombang sinyal sensor ABS tipe inductive jika ada gangguan
Hal lain yang dapat dideteksi dengan menggunakan osiloskop adalah komponen yang tidak sesuai. Jika brake rotor, CV joint atau axle baru diganti dan komponen yang batru mempunyai jumlah gigi ring gear yang tidak sama dengan komponen asli maka dapat berakibat pembacaan sensor yang terlalu cepat atau terlalu lambat dibandingkan dengan sensor pada roda yang lainnya dan hal ini akan memunculkan kode DTC. Dengan membandingkan pola gelombang yang dihasilkan tiap-tiap sensor roda akan mempermudah mendeteksi masalah seperti ini.
Cara Reset Lampu ABS Toyota Secara Manual
Active Wheel Speed Sensor
Active Wheel Speed Sensor
Pada beberapa model terbaru ada yang menggunakan wheel speed sensor jenis yang berbeda. Active wheel speed sensor atau disebut juga Magnetic Resistance Element (MRE) sensor menggunakan hall effect sensor untuk menghasilkan sinyal kecepatan digital dengan pola gelombang berbentuk kotak (square wave). Sensor jenis ini dapat menghasilkan sinyal kecepatan roda yang lebih akurat pada kecepatan rendah ( 1-2 Km/jam) dibandingkan sensor magnetic wheel speed sensor. Sensor ini juga dapat memberitahu apakah putaran roda kearah maju atau mundur.
Active Wheel Speed Sensor
Dengan sensor jenis ini, body control module atau ABS module memberikan tegangan referensi sebagai power suplai sensor. Di dalam sensor terdapat sepasang pickup coil yang mendeteksi perubahan medan magnet megnetic ring yang dipasang pada bearing roda. Ring mempunyai magnet permanen dengan kutub magnet utara dan selatan. Saat roda berputar, perubahan medan megnet akan menghasilkan arus listrik yang kecil pada sensor. Komponen elektronika internal di dalam sensor akan merubah tegangan listrik menjadi output sinyal digital yang dikirimkan ke control modul. Besarnya tegangan, ampere dan frekuensi sinyal yang kembali ke control module sesuai dengan kecepatan roda putaran roda.
Menganalisa Active Wheel Speed Sensor
Beberapa sensor ini ada yang menggunakan 3 kabel, namun adapula yang hanya menggunakan 2 kabel. Pada sensor dengan 3 kabel: Satu kabel adalah power suplai, satu untuk ground dan satu lagi untuk sinyal ke control module. Pada sensor dengan 2 kabel: satu kabel untuk power suplai satu kabel lagi untuk ground. sinyal kembali ke control module menggunakan kabel power suplai. Pada Jeep dan chrysler yang menggunakan sensor dengan 2 kabel, sinyal kembali berupa square wave signal 7 - 14 milliamp. Sinyal ini dapat dilihat dengan memutar roda secara perlahan sambil mengukur sinyal kembali menggunakan multimeter dengan kemampuan membaca arus listrik milliamp atau menggunakan osiloskop. Jika tidak aada sinyal berarti sensor atau wiring rusak.
Berbagai bentuk gelombagng sinyal Active wheel sensor saat ada gangguan
CATATAN: Active wheel speed sensor tidak dapat diperiksa secara akurat dengan mengukur tahanan sensor. Yang harus dilakukan adalah memastikan sinyal kembali ke control module dalam keadaan baik saat sensor menerima power suplai dari control modil roda diputar.
Kode wheel speed sensor dapat diperiksa dengan menggunakan scantool yang dapat mengakses sistem ABS. Scantool juga dapat menampilkan data display kecepatan yang dibaca setiap sensor roda saat mobil berjalan untuk mengetahui sensor mana yang tidak berfungsi. Seluruh sensor harus menampilkan pembacaan yang sama saat mobil berjalan maju. Jika pembacaan salah satu sensor berbeda dengan yang lain (lebih cepat atau lambat), berarti ada gangguan pada sirkuit sensor (bisa sensor, magnetic sensor ring atau wiring bermasalah). Sensor dapat tidak akurat membaca kecepatan roda jika magnetic ring pada bearing roda retak atau rusak.
Demikianlah Artikel Cara Memeriksa Sensor Rem ABS Mobil
Sekianlah artikel Cara Memeriksa Sensor Rem ABS Mobil kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Cara Memeriksa Sensor Rem ABS Mobil dengan alamat link https://bengkelmobilkpm.blogspot.com/2018/08/cara-memeriksa-sensor-rem-abs-mobil.html